Prostitusi Daring di Kaltim, Kemajuan Teknologi VS Gaya Hidup
Fenomena praktik prostitusi melalui aplikasi pertemanan di Kalimantan Timur semakin meluas. Bisnis syahwat tak lagi dilakukan para wanita dewasa. Gadis-gadis belasan tahun berstatus pelajar, juga ikut-ikutan. Kesempatan dan gaya hidup menjadi alasan. Nomorsatukaltim.com - Pekan ini, aparat kepolisian meningkatkan patroli siber guna menekan praktik prostitusi secara daring. Sedikitnya 15 orang ditangkap dalam dua tempat terpisah. Mereka terdiri dari 8 pria dan 7 wanita. Beberapa hari sebelumnya, aparat juga menangkap seorang pria hidung belang yang membunuh pasangan kencannya. Berdasarkan data yang dihimpun Disway Kaltim, selama dua tahun terakhir, praktik jasa jual beli kenikmatan sudah merambah hampir di seluruh Kalimantan Timur. (lihat grafis). Para pelaku memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk saling bertransaksi. Sejumlah aplikasi popular menjadi sarana tawar menawar. Aplikasi semacam WhatsApp, Facebook, hingga Instagram, dimanfaatkan untuk kegiatan ini. Akan tetapi, tiga aplikasi paling popular yang digunakan pengguna jasa pekerja seks. Yakni MiChat, BeeTalk, atau Tantan. Berbeda dengan aplikasi komunikasi lain, ketiganya menawarkan pertemanan dengan pengguna terdekat. Fitur inilah yang dimanfaatkan para pencari teman kencan, maupun para penyedia jasa seks. Pegiat teknologi, Suparmin mengakui, prostitusi daring mulai muncul sejak platform percakapan muncul di dunia. Contohnya saja, ketika MiRC atau Camforg diperkenalkan puluhan tahun lalu. Prostitusi langsung memanfaatkan kemajuan industri internet. “Fitur near by atau pertemanan dengan pengguna terdekat, paling sering dimanfaatkan. Lalu berlanjut ke WhatsApp untuk transaksi. Ada grup-grup tertentu,” kata dosen program studi Sistem Informasi STMIK Wicida, Samarinda. Selain itu, sosial media semacam seperti Twitter atau Facebook juga banyak. “Istilah ‘OPEN BO’ Samarinda, kita ketik, ada. Sebenarnya semua platform ada,” terang Suparmin. Ia menyebut prostitusi daring merupakan salah satu dampak kemajuan teknologi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi penegak hukum. Pasalnya, transaksi antara penyedia dan pengguna jasa bisa dilakukan secara privat. Untuk mencegah praktik ini meluas, tim siber Polri bisa bekerja sama dengan berbagai pihak. Juga perlunya literasi digital kepada masyarakat. Tapi Kabid Pengembangan Aplikasi dan Layanan e-Government Samarinda itu mengakui, selama supply dan demand masih ada, prostitusi masih akan berada di tengah – tengah masyarakat.
AKIBAT GAYA HIDUP
Sosiolog Sri Murlianti menyebut, teori prostitusi sebagai Polymorphouse. “Seperti dikatakan Michel Faucault, seksualitas itu kata yang selalu bersifat polymorphouse. Semakin dilarang, semakin akan banyak jalan untuk ‘memberontak’ dan semakin banyak orang mencari pola – pola pemuasan baru,” katanya, Rabu (17/11). “Sebabnya bisa jadi tuntutan hidup yang semakin tak terbendung. Hedonisme sekarang sudah merambah ke kelas-kelas sosial terendah sekalipun. Penyebab pastinya tentu masih perlu penelitian yang terstruktur terhadap para pelakunya,” jelas pengajar Prodi Pembangunan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan (FISIP) Universitas Mulawarman. Fenomena prostitusi online ini terjadi karena teknologi informasi sudah begitu canggih di perkotaan. Bukan hanya informasi yang baik, yang tidak baik pun, bebas diakses siapapun. Sri Murlianti mengatakan, teknologi informasi dijadikan ‘rumah nyaman’ bagi praktik jual-beli seks. Kemudahan prostitusi ini modusnya gampang diakali. Bisa berkedok grup pertemanan atau komunitas. Ini menjadi sangat mudah menyebar di saat tren anak – anak sekarang memegang ponselnya tanpa pengawasan orang tua. “Prostitusi online jadi lebih gampang marak karena tidak seperti lokalisasi biasa yang tempatnya bisa digrebek,” lanjut Sri. Kontrol sosial yang berubah dibandingkan era sebelum teknologi canggih ini, juga membuat banyaknya remaja terjebak prostitusi online. Terutama, remaja yang hidupnya terpisah dari keluarga. Apabila dahulu praktik prostitusi bisa dicek langsung ke lokasi. Sekarang, sangat sulit diketahui waktu dan tempatnya. “Sangat sulit mengontrol, jika transaksi melalui ponsel pribadi dan tempat-tempat yang digunakan mungkin hotel-hotel atau penginapan yang memang sangat mudah digunakan untuk berkencan.” “Sangat jarang orang yang masuk lalu dicek status perkawinannya kan? Paling-paling kalau masuk bulan puasa baru ada banyak razia penginapan-penginapan. Jadi konteks kontrol sosialnya memang sangat lemah,” imbuh Sri. Pemicu umum remaja bisa melakukan perbuatan ini adalah ekonomi. Ada banyak kasus di mana remaja menjual diri guna menutupi biaya sekolah dan menanggung biaya keluarga. Tapi jika berkaca pengalaman akhir – akhir ini, alasan gaya hiduplah yang lebih dominan. Sri merasa, remaja sekarang tak lagi memandang keperawanan sebagai hal yang sakral untuk dipertahankan. Meskipun zaman telah modern, budaya ketimuran masih kental di Samarinda. Ini menyebabkan orang tua masih menganggap tabu pendidikan seks kepada anak. Hal ini menjadi persoalan lain yang menyebabkan generasi muda rentan terhadap praktik – praktik prostitusi. “Masyarakat masih mengira bahwa pendidikan seks sama dengan melegalkan seks bebas. Padahal pendidikan seks banyak sekali manfaatnya. Dengan kurangnya pengetahuan terkait seks, pelaku hanya mengira yang penting tidak hamil dan tidak tertangkap itu aman.” “Ada satu kunci penting pendidikan seks itu adalah mengenali dan mengontrol organ kelamin/reproduksi yang akan banyak menimbulkan banyak bencana baik individual maupun sosial jika manusia tak memiliki pengetahuan yang cukup sejak dini,” jelasnya. “Misalnya bahaya penyakit-penyakit akibat seks bebas seperti AIDS, sifilis, dan sebagainya. Bahaya menggunakan obat anti kehamilan dalam jangka waktu lama, bahaya berhubungan seks dibawah umur, bahaya berganti-ganti pasangan seksual,” papar Sri. Ia berharap pemerintah memiliki perangkat pengawasan online untuk mencegah prostitusi daring. Seperti penanganan cyber crime. Tetapi, ia tetap berpegang teguh bahwa pendidikan sekslah sebagai solusi jangka panjang agar generasi akan datang tidak mengalami hal buruk ini. “Namun solusi jangka panjang saya kira sangat mendesak untuk menggalakkan pendidikan seksualitas. Bukan pendidikan berhubungan seks lho yaa. Pendidikan seksualitas untuk mengenali, mengontrol sekaligus mengelola kesehatan organ reproduksi,” ujarnya. Dengan mengenali kesehatan reproduksi, diharapkan orang akan menjauhi seks bebas berganti pasangan. Juga penyebaran informasi bahaya prostitusi yang membahayakan kesehatan organ reproduksi, mengundang penyebaran penyakit menular serta dampak sosial lainnya.PENANGANAN KASUS
Patroli siber anti prostitusi online digelar polisi pasca pembunuhan seorang wanita, Rabiatul Adawiyah (21). Perempuan asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dibunuh pasangan kencannya pertengahan bulan lalu. Ia menderita 25 luka tikaman di sekujur tubuhnya. Berangkat dari kasus tersebut, Polsek Samarinda Kota membentuk Tim Patroli Cyber Anti Prostitusi Online. Dalam operasinya, tim ini menangkap 15 muda-mudi pada Sabtu (13/11). Mereka terdiri dari 8 pria dan 7 wanita. Dua di antara pria tersebut merupakan mucikari. Sedangkan 6 lainnya berperan sebagai penjaga dari ketujuh perempuan penjaja seks komersial. *LID/AAA/YOSCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: