Waspada DBD di Kubar Imbas Perubahan Cuaca
KUBAR, nomorsatukaltim.com - Perubahan cuaca berdampak adanya kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kutai Barat. Kasus DBD ditemukan di Puskesmas Kecamatan Barong Tongkok. Mirisnya, di Kubar belum ada pengobatan penyakit DBD, hingga saat ini. “Memang saya pernah ada tetangga saya penyakit DBD harus dirujuk ke RSUD A Wahab Sjahranie di Samarinda. Alasan di Kubar tidak ada obatnya,” kata Tono, warga Kecamatan Sekolaq Darat kepada nomorsatukaltim.com - Disway News Network (DNN). Adanya kasus DBD di wilayah Kecamatan Barong Tongkok ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kubar Rita Sinaga. Atas dasar munculnya kasus DBD itu, Diskes mengeluarkan surat imbauan kepada semua kepala kampung se-Kubar. Surat imbauan nomor: 440.443.33/5360/P2P/2021 pada 19 Oktober 2021. Baca juga:DBD di Paser Capai 88 Kasus, 2 Meninggal Dunia Kepala Diskes Kubar Rita Sinaga menyebutkan, hingga kini belum ada obat untuk pengobatan penyakit DBD. Kemudian untuk langkah fogging (pengasapan) bukan satu-satunya penyelesaian masalah DBD. Karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Sedangkan telur dan jentik nyamuk masih hidup dan dapat berkembang menjadi nyamuk yang dapat menularkan DBD. “Untuk itu solusi utama pencegahan dan penanggulangan DBD hanya dengan cara PSN (pemberantasan sarang nyamuk) bertujuan untuk membasmi jentik nyamuk aedes aegypti,” kata Rita. Sementara itu Direktur RSUD Harapan Insan Sendawar (HIS), Akbar membenarkan, obat antivirus dengue memang belum ada. Namun upaya dilakukan pada penderita DBD adalah terapi cairan. Lantas apakah pasien DBD harus dirujuk ke Samarinda? “Bisa dilakukan rujukan kalau memerlukan transfusi trombosit atau kegagalan fungsi organ sesuai indikasinya,” ucapnya. Rita kembali menambahkan, untuk upaya lain yang menjadi imbauan, warga harus melakukan 3M plus, yakni menguras, menutup, dan mengubur. Untuk langkah menguras adalah dilakukan di tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, penampungan air minum, tempat minum burung, dan lainnya. Hal ini dilakukan secara rutin dan sekurang-kurangnya seminggu sekali. Untuk menutup, adalah tempat-tempat penampungan air. Sedangkan mengubur/mendaur ulang barang-barang bekas yang bisa menampung air, seperti kaleng-kaleng bekas. Langkah plus, adalah menabur abate pada penampung air, menghindari gigitan nyamuk dengan cara memakai obat nyamuk, memakai kelambu, memasang kassa ventilasi dan lainnya. Cara berikutnya, menghilangkan tempat hinggap nyamuk, berupa tidak mengantung pakaian di dalam rumah dan pencahayaan rumah yang cukup. Diskes mengimbau, agar seluruh lapisan masyarakat untuk melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik (juru pemantau jentik). Yaitu dengan memantau populasi jentik nyamuk di masing-masing rumahnya, sehingga lingkungan rumah terbebas dari jentik nyamuk penular DBD. Dia menambahkan, pada dasarnya penyakit DBD adalah penyakit infeksi virus ditandai dengan demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari, dan kulit tampak bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk, nyeri ulu hari, lemah dan lesu. “Bila mengalami gejala atau tanda tersebut segera berobat ke puskesmas. Karena DBD sering mengakibatkan kematian bila tidak ditangani segera,” terangnya.LUK/ZUK
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: