CATATAN: Nusyirwan dalam Ingatan

CATATAN: Nusyirwan dalam Ingatan

Hari-hari saat ini, barangkali Nusyirwan tengah menikmati investasi politiknya di puncak karier. Jika tidak sebagai wakil gubernur, ya, wali kota Samarinda. Ia bukan hanya politisi ulung, namun memiliki seluruh atribut yang diperlukan sebagai kepala daerah.

OLEH: AHMAD AGUS ARIFIN

KEMARIN, ketika berselancar di media sosial Facebook. Saya mendapati beberapa unggahan tentang ucapan ulang tahun untuk mendiang Nusyirwan Ismail yang ke-62. Usai membaca takarir (caption) berserta foto yang mengharu biru, saya kemudian terbang dalam ingatan mengenai sosok Nusyirwan.

Tak banyak memang momen yang saya lalui bersama mendiang. Namun dari sedikit kenangan itu, saya tak memiliki alasan kuat untuk tidak mengaguminya.

Kebersamaan langsung antara saya dan mendiang terjadi pada 10 Januari 2018. Saat itu, Nusyirwan bersama Sofyan Hasdam mendaftarkan diri ke KPU Kaltim sebagai Cagub dan Cawagub Kaltim.

Ada dua hal yang menjadi headline pemberitaan kala itu. Pertama adalah keduanya berangkat ke KPU menggunakan angkot. Sebagai simbolis pro rakyat. Dan menyempatkan salat Zuhur di Masjid Raya Darussalam Samarinda dalam perjalanan ke KPU.

Saya, menjadi saksi langsung dari dua momen tersebut. Dalam angkutan kota trayek B Samarinda itu, terdapat 6 orang. Di barisan depan, sang supir seorang diri. Di sisi belakang, ada Nusyirwan Ismail, Sofyan Hasdam, kemudian 2 orang dari perwakilan Partai Golkar dan NasDem. Satu orang tersisa adalah, saya sendiri.

Waktu itu saya bertindak sebagai tim kreatif tidak resmi pasangan ini. Guna mendokumentasikan momen pendaftaran itu, saya merekam video seluruh agenda. Sejak berangkat, mendaftar, hingga bubaran.

Tak banyak yang dibicarakan keduanya di dalam angkot berwarna merah kejinggaan itu. Hanya saling bertukar kabar masing-masing. Kemudian sama-sama menguatkan bahwa mereka akan memenangkan kontestasi demokrasi. Tidak ada yang lebih spesifik lagi.

Ketika singgah ke Masjid Raya pun, tidak banyak hingar bingar pendukung. Karena sebagian besar tim sukses dan simpatisan berangkat lebih dulu ke KPU. Turun dari angkot, mengambil wudhu, dan mendirikan salat berjamaah sebagai makmum.

Usai menjalankan salat yang diikuti oleh 3 barisan, beberapa jemaah duduk melingkar. Kemudian Nusyirwan mengutarakan agendanya hari itu. Setelah meminta doa dari jemaah yang hadir, keduanya lalu melenggang pergi. Kembali menaiki angkot dengan perasaan yang lebih tenang usai salat. Tak berselang lama tiba di Jalan Basuki Rahmat, disambut dengan lantunan salawat oleh ratusan simpatisan yang sudah menanti di kantor KPU Kaltim.

Momen lainnya terbilang cukup standar. Sebagai pewarta, Pak Nus (begitu biasa saya menyebut) adalah sosok andalan. Jika sudah melakukan wawancara bersamanya, cukup lontarkan satu pertanyaan, kami akan mendapat seluruh jawaban. Jawaban yang banyak itu, sama artinya kami punya banyak stok berita.

Jawaban yang panjang itu bukan karena Pak Nus suka berbicara. Tapi lantaran ia memang menguasai banyak problema kota. Mendiang adalah sosok yang cerdas, banyak orang yang bersaksi demikian.

Selain pintar, bahkan saya ingin sekali menyebut sangat pintar. Santun dalam bertutur, sama sekali tidak mendeskripsikan ketegasan Pak Nus dalam memimpin kota. Ia dikenal sebagai sosok yang tak mudah kompromi. Terlebih untuk hal-hal yang sudah punya landasan hukum.

Ketegasan itu secara terbuka diakui oleh rekan duetnya di Balaikota, Syaharie Jaang. Dalam sebuah kesempatan wawancara eksklusif dengan Harian Disway Kaltim – Disway News Network (DNN). Pak Nus adalah pelengkap sempurna untuk Syaharie Jaang yang secara natural sering tidak tegaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: