Pengentasan Stunting di Kukar Mulai Tunjukkan Hasil

Pengentasan Stunting di Kukar Mulai Tunjukkan Hasil

KUKAR, nomorsatukaltim.com - Pengentasan stunting di Kutai Kartanegara (Kukar) terus dikejar. Program Strategis Nasional (PSN) ini mulai menunjukkan hasil yang signifikan. Apalagi semenjak membentuk Konvergensi Percepatan dan Pencegahan Stunting (KP2S) pada 2019 lalu. Kini, di Kukar sendiri angka stunting sudah berada di 16,8 persen. Tren positif pun diklaim oleh Ketua KP2S Kukar, Sunggono. Secara bertahap sejak 2016 lalu, Kukar masih berada di angka 36 persen. Terus membaik hingga 2020 saat ini. Dengan target pada tahun 2024, mencapai 14 persen sesuai target yang dicanangkan secara nasional. Baca juga: Kunci Tekan Angka Stunting, Sanitasi Harus Baik "Ada penurunan signifikan ketika ditangani tim KP2S, ya mudah-mudahan tahun depan (2022) kita bisa turun sampai 15 persen lah," ujar Sunggono pada momorsatukaltim.com - Disway News Network (DNN) Dalam paparannya di Rembuk Stunting yang berlangsung di RSUD AM Parikesit Kukar, Sunggono mengatakan banyak upaya yang belum terlaksana karena terfokus dalam penanganan pandemi COVID-19. Sehingga program yang dilakukan di 2020 tidak terlaksana sama sekali. Namun KP2S memastikan, langkah-langkah penanganan kembali bergerak pada 2021 ini. Seperti menetapkan desa-desa yang menjadi lokus target penanganan. Dengan menyasar seribu hari pertama kehidupan (HPK) semenjak bayi dalam kandungan hingga balita. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar, Martina Yulianti menjelaskan, KP2S Kukar terdiri dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menangani dari hulu hingga ke hilirisasi penanganan stunting. Masing-masing OPD, disebutnya punya peran penting. Di antaranya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kukar yang membangun infrastrukturnya, Diskes Kukar sebagai pengambil kebijakan penanganannya, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB), serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kukar. "Semua yang punya program untuk pelayanan dasar, terhadap sasaran seribu HPK, ibu hamil dan anak dua tahun," ungkap Martina menambahkan. Namun kini, dijelaskan oleh Martina, sasarannya bertambah. Yakni kelompok usia remaja, khususnya remaja perempuan. Sebagian persiapan menuju usia kehamilan, harus sehat dan tercukupinya vitamin dan mineral, salah satunya kecukupan zat besi.  Karena selama ini, saat ditemukan ibu hamil yang kekurangan zat besi, hanya diberi obat penambah zat besi. Namun itu sebatas kebutuhan sang ibu saja. Tidak untuk kebutuhan si janin. Karena itulah perlunya kesiapan sejak dini  "Jadi mulai remaja kini diintervensi kecukupan gizinya agar baik, jadi ketika dia hamil, maka bayinya baik ketika dikandung, tidak hanya menjelang kehamilan saja," tutup Martina. (mrf/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: