BKSDA Kaltim: Penangkaran Buaya Tidak Tepat
KUTIM, nomorsatukaltim.com – Pemkab Kutai Timur (Kutim) diminta memetakan habitat alami buaya. Agar dapat mengurangi konflik antara manusia dan reptil ganas tersebut. Dengan begitu potensi serangan buaya terhadap manusia dapat diminimalisasi
Hal tersebut diungkapkan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, Ivan Yusfi Noor. Menurutnya, serangan hewan buas kepada manusia banyak faktor penyebabnya. Namun yang utama karena habitat alami mereka terganggu. “Pertumbuhan penduduk yang cepat akhirnya membuat habitat buaya terganggu. Apalagi ada aktivitas di sekitar habitat alami mereka,” ucap Ivan kepada nomorsatukaltim.com-Disway News Network (DNN). Serangan buaya juga bisa disebabkan kurangnya sumber makanan. Tapi kurangnya makanan juga akibat adanya pertumbuhan penduduk di sekitar habitat buaya. Sehingga ia condong menilai jika serangan buaya itu akibat habitat alami buaya yang terganggu. “Kalau sudah sarangnya terganggu potensi diserang buaya semakin besar,” imbuhnya. Namun kondisi ini tak bisa dihindari di Kutim. Pasalnya, sepanjang pesisir Kutim banyak permukiman warga. Rerata berprofesi sebagai nelayan atau petambak. Sepanjang aliran sungai yang bermuara ke Selat Makassar di Kutim juga banyak dihuni penduduk. Bahkan kejadian terakhir, yang merenggut nyawa Anugerah (8) merupakan lokasi wisata. Pantai Teluk Lombok di Kecamatan Sangatta Selatan. Tentu hal ini akan membahayakan masyarakat luas, bukan sekadar penduduk di sekitar lokasi tersebut. Menurut Ivan, sebenarnya sah-sah saja jika ada upaya membuat penangkaran buaya. Namun hal itu kurang tepat, sebab penangkaran itu konteksnya untuk mengembangbiakkan. Artinya, jika populasi buaya sudah sangat sedikit. “Tidak masalah jika buat penangkaran. Tapi itu lebih baik jadi pilihan alternatif,” tuturnya. Seharusnya yang dilakukan Pemkab Kutim terkait persoalan ini adalah memetakan habitat alami buaya. Jika sudah terpetakan, maka harus dihindari ada permukiman warga atau membuat aktivitas lainnya sekitar itu. “Sehingga potensi serangan buaya terhadap manusia juga bisa diminimalisir,” paparnya. Jika sudah terlanjur, maka sebaiknya ada pembatasan terhadap wilayah habitat buaya. Baik itu aktivitas masyarakat maupun pembangunan. Selain itu juga disiapkan rencana mitigasi jika terjadi serangan buaya. “Mungkin bisa diberi papan pemberitahuan, atau membatasi aktivitas masyarakat di perairan. Dengan begitu risiko pun bisa dikurangi,” tandasnya. (bct/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: