Cerita Nakes sebagai Garda Terdepan di Masa Pandemi; Ikhlas Bekerja, Takut Bawa Pulang Virus

Cerita Nakes sebagai Garda Terdepan di Masa Pandemi; Ikhlas Bekerja, Takut Bawa Pulang Virus

Di tengah ganasnya COVID-19, ada yang mesti berada di garda terdepan penanganannya. Merekalah tenaga kesehatan (Nakes).

nomorsatukaltim.com - Pandemi ini membuat semua orang cemas beraktivitas. Takut tertular, bahkan saat sejengkal keluar dari rumah. Pemerintah pun membuat beberapa kebijakan. Meski tak seluruhnya efektif mengurangi angka penderita COVID-19.

Hampir semua orang takut dengan kondisi ini. Sayangnya, ada yang tak punya pilihan. Terpaksa memberanikan diri berhadap-hadapan dengan virus yang sudah menginfeksi ribuan jiwa di Tanah Air. Safitri salah satunya.

Sebagai nakes, ia tak mendapat kesempatan bersembunyi di rumah agar tak terpapar COVID-19. Nakes salah satu rumah sakit swasta yang menjadi rujukan COVID-19 itu tetap bekerja, meski terus-terusan dihantui rasa takut.

Sehari-hari, Safitri bertugas memeriksa masyarakat yang ingin melakukan tes antigen maupun polymerase chain reaction (PCR). Namun, ketakutan terbesar Safitri bukanlah ketika memeriksa pasien. Ia justru cemas bila ternyata tak sengaja membawa virus ke rumah. 

"Takut banget (bawa virus dari rumah sakit ke rumah), secara punya orang tua yang komorbid," kata Safitri yang ditemui, Kamis (29/7/2021).

Safitri enggan merinci penyakit orang tuanya. Ia hanya takut orang tuanya mengalami hal buruk bila tertular COVID-19. Ia sangat tahu risiko sebagai nakes. Sekali nyemplung, harus siap dengan segala tantangannya. Antisipasi, jadi hal utama yang rutin ia lakukan.

Safitri harus ekstra bersih sebelum pulang. Sebelum keluar kantor, dia biasa mandi dan mengganti baju. Setibanya di rumah, dia  mandi lagi untuk memastikan virus tak menempel di badan. Aktivitas yang terlihat sederhana, namun jadi hal penting dalam kondisi seperti ini. 

"Kalau sudah sampai rumah, cuci tangan, cuci kaki, atau mandi lagi," ujar Safitri.

Rutinitas itu ia lakukan tiap hari. Dia tidak ingin keluarganya terpapar COVID-19, karena dirinya bekerja di rumah sakit. Di sisi lain, hatinya terpanggil untuk terus bekerja di rumah sakit sebagai garda terdepan pencegahan COVID-19 di Indonesia. Ia selalu menyelipkan doa setiap memeriksa pasien. 

“Nge-swab sambil berdoa supaya pandemi berakhir dan orang-orang sehat lagi," tutur Safitri.

Safitri meminta masyarakat berhenti menyepelekan keberadaan COVID-19. Dia menegaskan COVID-19 ada dan nyata menyerang tubuh. Masyarakat diminta tidak bandel. Jangan mengabaikan protokol kesehatan. Protokol kesehatan harus jadi harga mati di hati masyarakat. 

"Semoga orang yang menyepelekan cepat sadar, ingat dampaknya ke orang lain. Pakai masker bukan cuma untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain. Jangan karena lalai, orang lain yang kena!" tegas dia. (bct/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: