Umat Kelenteng Thien Ie Kong Protes Tata Ritual Persembahyangan Diubah

Umat Kelenteng Thien Ie Kong Protes Tata Ritual Persembahyangan Diubah

Samarinda, Nomorsatukaltim.com - Kesabaran sejumlah umat Kelenteng Thien Ie Kong Samarinda nyaris habis. Sebab, protes peniadaan tata ritual persembahyangan yang diubah oleh pengurus kelenteng tak kunjung direspons.

Keinginan sejumlah umat agar tata ritual dikembalikan seperti semula, sudah disuarakan lama. Bahkan sudah sejak Juni 2020 lalu. Berkaitan dengan hal itu, mereka membentuk Forum Umat Peduli Kelenteng Thien le Kong (FUPK-TIK) Samarinda. FUPK-TIK Samarinda mendesak pengelola segera mengembalikan tata ritual persembahyangan yang telah berlangsung sejak 116 tahun. Desakan itu disampaikan langsung Ketua sekaligus juru bicara FUPK-TIK Samarinda, Ali Gunawan. Menurut dia, kesabaran umat sudah habis, karena dalam satu tahun terakhir tidak ada iktikad baik dari pengurus kelenteng. Desakan tersebut menguat karena umat khawatir, jika ritual tidak dikembalikan seperti semula, akan berdampak timbulnya aura negatif. "Otomatis membuat energi positif sirna," kata Ali Gunawan. Kelenteng yang terletak di Jalan Yos Sudarso Nomor 21 Samarinda itu menjadi salah satu pusat ritual utama umat Khonghucu di Kota Tepian. Kegelisahan yang dirasakan satu tahun terakhir, membuat umat tidak bisa beribadah dengan tenteram, sementara tidak sedikit pun terlihat iktikad baik dari pengelola untuk mengembalikan tata ritual kelenteng seperti semula. Melihat kondisi tersebut, FUP-TIK Samarinda, memberikan waktu empat hari, pengelola kelenteng untuk mengembalikan tata ritual seperti semula. "Apabila dalam waktu empat hari, terhitung sejak Senin, 10 Mei 2021 pengelola kelenteng tidak mengembalikan tata ritual seperti semula, jangan salahkan kami jika bertindak sendiri untuk mengembalikan tata ritual persembahyangan yang telah berlangsung 116 tahun di kelenteng ini," kata Ali Gunawan. Diketahui peniadaan yang dimaksud, yakni atribut atau peralatan peribadatan yang biasa ditemui di masing-masing altar singgasana para Dewa di dalam kelenteng yang berdiri sejak 1905 itu, justru berubah dan bahkan dihilangkan, sehingga berdampak terhadap suasana kebatinan yang dirasakan ketika berdoa di depan Dewa yang sudah tidak dilengkapi sejumlah atribut seperti biasanya. Padahal sebagai pengurus kelenteng, hanya bertugas melayani atau memfasilitasi keperluan atau kepentingan umat untuk urusan peribadahan. Tetapi tidak berhak atau memiliki kewenangan mengubah ritual peribadatan, apalagi yang sifatnya sangat mendasar. Tata ritual yang selama ini dilakukan oleh para leluhur, memegang teguh pada ajaran Tri Dharma dan berpedoman pada Kitab Tao. Termasuk yang dilakukan oleh umat yang sembahyang di Kelenteng TIK Samarinda dan itu sudah berlangsung sejak 116 tahun lalu. Dari informasi yang diperoleh, peniadaan tata ritual tersebut dilakukan dengan alasan keamanan dan mengurangi risiko kebakaran. Menurut salah satu umat yang juga tak sependapat, Efendy, alasan tersebut tidak mendasar. Karena selama ini, tidak pernah terjadi apa-apa di kelenteng tersebut walaupun banyak dupa dan lilin yang mengelilingi di sekitar para Dewa. Risiko banyak asap dupa dan bahaya kebakaran yang mungkin dijadikan alasan tersebut, katanya, sangat tidak tepat. "Kelenteng, pasti banyak dupa dan banyak asap. Selama ratusan tahun tidak pernah terjadi apa-apa. Juga tidak ada keluhan. Sehingga perubahan yang terjadi terkesan sepihak tanpa melibatkan sejumlah pihak yang berkompeten, termasuk prosesi kerasukan yang dilakukan juga kami nilai sangat tidak mendasar," tegasnya. Peniadaan itu melanggar etik beribadah. Juga mengganggu religi serta kebatinan umat ketika memanjatkan doa di hadapan para Dewa yang tidak dilengkapi sejumlah atribut lagi. Apalagi setiap aturan dan perlengkapan para Dewa di altar memiliki pertimbangan Feng Shui yang sudah begitu dipercaya. Feng Shui adalah ilmu topografi kuno dari China yang memercayai bagaimana manusia, surga, dan bumi dapat hidup dalam harmoni untuk membantu memperbaiki kehidupan. Dikonfirmasi terkait hal ini, Hansen, perwakilan pengurus Kelenteng Thien Ie Kong, masih akan berkomunikasi dengan internal pengurus terkait protes sejumlah umatnya. "Akan kita komunikasikan dengan internal pengurus menyikapi hal ini. Sebab, sementara ini pihak pengurus masih disibukkan dengan agenda sosial pembagian sembako jelang hari raya Idulfitri," paparnya singkat. (Sam/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: