Bikin Turnamen e-Sport; ESI dan IESPA Tekankan Kolaborasi
Seperti kejuaraan PUBG Mobile yang baru saja kelar. Sebagai penyelenggara, ESI Balikpapan tidak memungut biaya pendaftaran dari peserta. Terlebih pada turnamen tersebut juga merupakan pencarian atlet yang dipersiapkan untuk Pra Porprov. Bahkan hadiahnya pun langsung diberikan secara tunai.
Menutup perbincangan dengan nomorsatukaltim.com. Tami menegaskan pentingnya kolaborasi dengan organisasi e-Sport. Sesuai jalur masing-masing. Agar kerikil-kerikil seperti yang sempat terjadi belakangan, bisa dicegah sejak awal. Toh, akan lebih banyak keuntungan secara keolahragaan atau mungkin secara materil jika ada kerja sama antara penyelenggara dan regulator.
"Kami mempersilakan kepada siapapun untuk membuat event. Karena organisasi e-Sport di Indonesia ini bukan hanya ESI. Tapi kalau jatuhnya e-Sport sebagai olahraga prestasi ya harus menjadi tanggung jawab ESI. Karena hanya ESI satu-satunya organisasi esport yang diakui KONI," tutup Tami.
Senada dengan dua pentolan ESI di atas, Ketua IESPA Balikpapan Yudistiro Mangkubuono sepakat. Bahwa kolaborasi adalah kunci. Untuk mengembangkan e-Sport di Bumi Etam.
ESI dan IESPA sudah mulai bersinergi. Untuk memainkan peran masing-masing. Sehingga dipastikan tak ada lagi perebutan kewenangan ataupun saling klaim prestasi atlet ataupun klub e-Sport.
Sekarang, kekompakan yang dibangun di jajaran organisasi itu. Harus pula diaplikasikan di level bawah. Yakni klub e-Sport. Pertama, mereka harus memilih mau berkarier di jalur mana. Ini adalah hal mendasar.
"Kita sama ESI akan bersinergi. Karena memang sudah arahan dari pusat. Jadi klub silakan menentukan pilihan. Kita selalu mendukung. Karena sayang kalau tidak diakomodir, apalagi secara prestasi banyak player di Balikpapan yang lumayan," jelas Yudis.
Jika sudah memilih, jalur prestasi atau profesional. Barulah dilanjutkan dengan penjajakan selanjutnya. Yakni bersinergi dengan organisasi e-Sport yang sesuai dengan visi misi klub.
Bicara soal kejuaraan, berbeda dengan ESI yang menggratiskan pendaftaran karena sudah memiliki sumber dana tetap. IESPA, seperti kewenangan mereka. Setiap menggelar turnamen, selalu bersifat profesional.
Anggaran dari sponsor, termasuk juga uang pendaftaran dari peserta. Besar kecilnya hadiah, dikatakan Yudis. Tergantung pemasukan penyelenggara.
“Prioritas utama (dalam turnamen) tentu hadiah. Kalau hadiah maunya bisa lebih besar, ada tambahan registrasi. Toh nanti kembali ke komunitas juga. Kalau pendaftaran free. Kita selalu cash and carry kalau berikan hadiah," kata Yudis.
Disinggung soal imbauan jangan terlambat membayar gaji pemain. Yudis menegaskan bahwa itu tidak sepenuhnya terjadi. Karena dari data IESPA, di Balikpapan sendiri, belum ada klub profesional yang benar-benar pro. Namun ia sepakat jika imbauan itu adalah alarm positif bagi mereka yang berniat membentuk tim. Agar tidak asal-asalan.
"Selama ini belum ada kita klub yang sudah pro. Mereka pemberian gaji player juga belum ada yang berani. Karena mengelola klub e-Sport kan mesti butuh sponsor sebagai sumber dana," lanjutnya.
Hanya saja, benih-benih klub e-Sport profesional di Balikpapan sudah mulai tumbuh. Seperti Dewa United dan Bigetrons. Kedua klub tersebut dipercaya akan merangsang tim-tim lain untuk lebih serius membangun klub profesional. Yang kebanyakan saat ini masih berstatus komunitas atau klub non profesional.
Yudis tentu mendukung penuh jika di masa mendatang, klub profesional bakal banyak di Balikpapan ataupun Kaltim. Itu adalah sesuatu yang positif. Menandakan bahwa e-Sport sudah bisa menarik minat dunia industri. Namun pesannya, para pemilik klub harus paham cara mengelola klub profesional. Itu saja. (frd/fdl/ava)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: