Soal All England, Inggris (Perlu) Kita Linggis

Soal All England, Inggris (Perlu) Kita Linggis

Oleh : AHMAD AGUS ARIFIN

“Anda telah diidentifikasi kontak dengan seseorang yang baru-baru ini dites positif COVID-19. Jadi, Anda harus tinggal di rumah dan mengisolasi diri hingga 23 Maret. Anda harus melakukan ini, sekalipun jika tidak memiliki gejala atau menerima hasil negatif saat dites”.

Samarinda, Nomorsatukaltim.com - ITULAH bunyi surat elektronik dari Kementerian Kesehatan Inggris (NHS) pada skuat Indonesia yang akan bertanding di All England. Dan yang terjadi setelah itu, adalah kekacauan di luar nalar.

Tim bulu tangkis Indonesia sebenarnya sudah menyiapkan diri dengan baik jelang All England tahun ini. Persiapannya malah lebih komplet ketimbang saat berlaga di Thailand Open beberapa waktu lalu. Seluruh pemain sudah menjalani vaksinasi sebanyak dua kali. Untuk sedikit menggaransi badan mereka jadi lebih kebal terhadap virus corona. Sebelum berangkat, seluruh kontingen Indonesia pun menjalani tes swab PCR. Setiba di Kota Birmingham, Inggris. Mereka kembali melakukan tes swab PCR. Dan hasilnya negatif! Sampai sini, harusnya tidak akan terjadi polemik pengeluaran paksa tim Indonesia dari All England itu. Karena, harus dengan uji apa lagi sampai NHS percaya kalau pemain Indonesia itu bebas Covid? Kalaupun ada metode lain itu, mengapa tidak dilakukan. Agar semua orang yang terlibat di turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu yakin. Pemain Indonesia benar-benar negatif COVID-19. Seperti yang mereka lakukan pada kontingen India, Thailand, dan Denmark. Di mana saat ada temuan positif Covid. Mereka diharuskan tes ulang. Bahkan panitia sampai menunda tangkis mula All England 2021. Lagian, dalam penerbangan ke Inggris yang mesti transit di Turki itu. Pemain Indonesia toh tidak bersalah. Mereka sudah menjalankan prosedur penerbangan. Dengan memberikan bukti tes swab. Yang harusnya, seluruh penumpang –sekelas maskapai dunia. Harus melakukan itu kan? Jika pun ada satu penumpang yang lolos dari pemeriksaan maskapai. Apa lantas itu menjadi salah pebulutangkis Indonesia? Dan kembali, kalau NHS masih ragu atas kondisi fisik pemain Indonesia. Kenapa tidak dilakukan tes ulang dulu sebelum mendiskualifikasi dari turnamen? Ah, banyak sekali pertanyaan yang sebenarnya sepele tapi tidak terjawabkan. Inggris memang sangat ketat memperlakukan orang dari luar negeri masuk ke negaranya. Bahkan warga negaranya sendiri. Seperti terjadi pada Agustus lalu. 80 WN Inggris dipaksa untuk menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Karena dalam perjalanan pesawat dari Gibraltar. Mereka terpaksa menjalani transit di Spanyol. Spanyol sendiri memang negara yang masuk dalam daftar merah Inggris. Diketahui, Inggris telah membuat daftar itu, dan memasukkan 33 negara. Semua orang dari negara itu, harus menjalani isolasi selama 14 hari tanpa tedeng aling-aling. Dan tahukah, Indonesia tidak masuk dalam daftar itu. Inggris memang dikenal tidak mau berkompromi soal itu. Bahkan tersiar kabar Timnas Sepak Bola Portugal dalam waktu dekat akan menjalani TC di Italia. Agar skuat mereka yang bermain di Liga Inggris tidak perlu menjalani isolasi selama 10-14 hari sehingga bisa melewatkan beberapa laga klubnya. Tapi dalam kasus David De Gea, kiper Manchester United. Ada pengecualian. David yang harus ke Spanyol demi menemani istrinya melahirkan anak pertama mereka. Kembali ke Inggris dan harus menjalani isolasi selama 10 hari. Tapi dalam praktiknya, David hanya isolasi selama 5 hari. Dokumen tes swab yang menyatakan ia negatif. Membuat sang kiper boleh berkumpul lagi dengan rekan-rekannya. Kenapa cuma 5 hari? Karena David De Gea adalah atlet. Jadi diberi kelonggaran. Bahkan ketika ia membela tim yang masuk dalam zona merah penyebaran Covid di Inggris – Manchester. Lalu apakah pebulutangkis Indonesia bukan atlet, sehingga tidak diberikan keistimewaan? (Menghela napas). Sikap NHS dan Inggris dalam perkara ini memang masih jadi misteri. Seperti halnya alasan federasi bulu tangkis dunia (BWF) serta panitia All England yang tak punya usaha untuk membereskan masalah ini. Lalu dengan mudahnya mendepak Indonesia dari All England. Tanpa menggelar pemeriksaan, melakukan tes ulang, menunda pertandingan, membuat argumentasi sanggahan ke NHS. Seperti yang didapatkan India, Thailand, dan Denmark. Bahkan ketika pemerintah Indonesia melalui duta besarnya di Inggris coba meminta transparansi atas kasus ini. NHS cuma minta waktu untuk menyelesaikannya. Dan tentu saja, itu sudah tidak ada artinya bagi mimpi pebulutangkis Indonesia yang ingin mentas di All England tahun ini. Percuma. Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins yang mengaku sudah menggelar koordinasi dengan semua pihak pun. Pada akhirnya hanya menyalahkan BWF dan panitia All England atas didepakpaksanya skuat Tanah Air. * Skuat Indonesia pada akhirnya harus melupakan ambisi tampil bagus di All England. Di turnamen dunia paling bergengsi itu, Indonesia memang punya cukup reputasi. Tercatat, sepanjang sejarah turnamen. Di kelas tunggal putra, Indonesia pernah merajai sebanyak 14 kali. Masing-masih dicatatakan Tan Joe Hoek (1), Rudy Hartono (8), Lim Swie King (3), Ardy Wiranata (1), dan Heryanto Arbi (1). Di tunggal putri dua kali didapatkan Susi Susanti. Lalu di ganda putra, sejak pertama kali diraih Christian Hadinata/Ade Chandra pada 1972. Indonesia seolah terus menjadi kekuatan besar di kelas ini. Total 16 kali, 10 pasangan ganda putra Tanah Air berjaya di Britania Raya. Dua pasangan kuat, Henda/Ahsan dan Marcus/Kevin harusnya punya peluang menambah trofi All England mereka tahun ini. Di ganda putri, Indonesia hanya 2 kali menang pada tahun 1968 dan 1979. Tapi di ganda campuran, pemain Indonesia memenangkannya sebanyak 6 kali. Di mana pasangan Praveen/Melati adalah juara bertahan di kelas ini. Statistik tak pernah bohong. Indonesia memang tidak terlalu dominan di All England. Tapi bukan negara dengan prestasi minim juga. Kekuatan bulu tangkis Indonesia telah menjadi bagian penting dari penyelenggaraan All England sejak zaman bahula. Dan seperti kata pebulutangkis Denmark, Viktor Axelsen. "Turut menyesal untuk Tim Indonesia. All England tidak lagi sama tanpa banyak pemain hebat.” Peristiwa ini membuat pecinta bulu tangkis ingat pernyataan Bung Karno: Inggris (perlu) Kita Linggis! (ava/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: