Isi Kekosongan dengan Berkreasi

Isi Kekosongan dengan Berkreasi

Menjadi narapidana (Napi), tak berarti harus berhenti beraktivitas. Seperti yang dilakukan Romi (35) dan Andri (38), warga binaan di Rutan Kelas II B Tanjung Redeb. Menyulap barang bekas menjadi barang bernilai seni tinggi.

Fery Setiawan, Tanjung Redeb ROMI misalnya, berkreasi menjadi kegiatan mengisi waktu luang selama menjalani hukuman yang menimpanya. Bermuara dari rasa bosannya, muncul ide unik membuat kerajinan tangan dari bahan tidak terpakai. Salah satunya, guci dari serbuk kayu. Bahkan, dirinya tidak segan berbagi ilmu membuat kerajinan tangan. Menggunakan bahan-bahan sederhana. Yang mungkin, tidak tergolong barang mewah. Yakni serbuk kayu, lem kayu, tepung kanji dan dan stik plastik berukuran 5 centimeter (Cm) yang terbuat dari gantungan baju bekas. Pun Pembuatannya cukup mudah. Tahap pertama, serbuk kayu dicampur dengan lem sambil membentuk pola menyerupai guci. Lalu dijemur di bawah sinar matahari. Sembari menunggu kering dan mengeras. Selanjutnya memasak tepung kanji untuk digunakan sebagai dempul atau lapisan luar guci. “Kanji itu dioleskan secara merata dan rapi. Kemudian dijemur lagi. Setelah kering, dilanjutkan proses pewarnaan,” jelasnya kepada Disway Berau, beberapa waktu lalu. Untuk proses pembuatannya, biasanya menghabiskan waktu paling lama satu bulan. Tergantung tingkat kerumitan dari pola atau bentuk guci. Untuk harganya berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta. “Tak hanya guci, saya juga buat asbak dengan berbagai bentuk atau ornament. Mulai ornament naga, burung dan motif bunga,” katanya. Pun dengan Andri (38). Dari keterampilan jari-jemarinya mampu membuat miniatur kapal dari stik es krim. Alat dan bahan tak banyak. Hanya stik eskrim, alat potong, lem dan amplas. Untuk harga miniatur kapal bervariasi. Mulai dari Rp 600 ribu hingga jutaan rupiah. “Kalau pembuatannya minimal satu bulan, karena dibutuhkan ketelitian yang sangat ekstra,” ungkapnya. Diakui Andri, keterampilan didapatkan saat menjadi warga binaan Rutan Kelas IIB Tanjung Redeb. Dimana, beberapa warga binaan sudah memiliki keterampilan sejak lama. “Jadi kami saling berbagi pengetahuan terkait prakarya ini. Ya, bisa jadi usaha ketika bebas nantinya,” ungkapnya. Sementara, Kepala Rutan Kelas IIB Tanjung Redeb, Puang Dirham menyampaikan, ada beberapa produk prakarya buatan warga binaan. Kerajinan tangan itu, akan dipasarkan keluar daerah dengan memanfaatkan media online. “Jadi kami fasilitasi untuk penjualannya. Dan hasil dari penjualan itu dibagi untuk PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) dan napi,” ungkapnya. Di dalam rutan, tak hanya kaum adam dibekali keterampilan. Kaum hawa juga diberikan pengetahuan tata boga, terutama menyajikan makanan. “Ibu-ibunya kami bekali pelatihan catering,” katanya. Tak hanya kerajinan tangan. Warga binaan juga diberikan bimbingan budidaya perikanan air tawar dan pertanian. Mekanismenya menggunakan konsep hidroponik. “Jadi memang minat mereka itu beda-beda. Jadi kami sesuaikan,” bebernya. Bupati Berau, Sri Juniarsih mengungkapkan, semua kerajinan karya warga binaan bisa diakomodir oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Berau. “Tentu bisa,” ujarnya. Siapapun yang memiliki talenta atau skill dalam membuat kerajinan bisa diberdayakan dan merupakan tanggung jawab dari Dekranasda. “Semua karya warga Berau, tanpa terkecuali bisa dikelola Dekranasda,” ungkapnya. Sri menyebut, warga binaan yang nantinya bebas bisa dilakukan pembinaan di Dekranasda. “Nanti akan dilatih. Akan diajari bagaimana cara peking produk mereka, sehingga memiliki nilai jual lebih,” bebernya. Menurutnya, dengan diakomodirnya warga binaan untuk berkarya, berpotensi untuk menekan angka kriminalitas di Bumi Batiwakkal. Sehingga, tak ada lagi yang menjadi residivis dengan alasan tuntutan ekonomi. “Itu yang kami harapkan,” tegasnya. (*/JUN)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: