Pasien COVID-19 Terus Naik, Tambah Nakes Tak Semudah Menambah Ruang

Pasien COVID-19 Terus Naik, Tambah Nakes Tak Semudah Menambah Ruang

Pemerintah harus segera menghentikan ‘aliran’ pasien COVID-19 ke rumah sakit jika ingin menekan angka kematian. Terbatasnya ruang gawat darurat akan berdampak pada penanganan pasien. Belum lagi faktor kelelahan yang dialami tenaga kesehatan.

nomorsatukaltim.com - Upaya pemerintah daerah dan rumah sakit menambah tempat inap belum mampu diiringi penambahan tenaga kesehatan (Nakes). Direktur RSUD AWS Samarinda, David Hariadi Masjhoer menyebutkan, para tenaga kesehatan rumah sakit sudah overtime. “Semua ruang penuh, sesuai permintaan Menkes. Namun, penyediaan SDM terjadi kendala,” kata David Hariyadi Mashjoer, dalam berita resmi Pemprov Kaltim, Minggu (14/2/2021). Keletihan dialami para nakes yang bersentuhan langsung dengan pasien COVID-19 karena secara terus menerus menggunakan alat pelindung diri atau APD. Disebutkan, saat ini pasien non-Covid berusaha berobat dengan cara rawat jalan, namun lama-kelamaan, mereka harus dirawat inap juga. “Ada pasien, awalnya kecelakaan lalulintas ternyata positif COVID-19 sehingga penanganan Covid-nya didulukan. Karena, jika dibiarkan bisa menyebabkan penyebaran kepada petugas dan pasien lainnya,” kata David. Semakin banyak korban virus Corona, semakin banyak kebutuhan fasilitas kesehatan seperti ruang rawat inap, tenaga kesehatan dan obat-obatan. Dari 60 tempat tidur yang tersedia, atau Bed Occupancy Rate (BOR), sudah mencapai 80 persen. Hal itu, kata David, bukan menguntungkan rumah sakit. “Ini bukan hotel (yang untung jika kapasitas penuh). Berdasarkan ketentuan atau secara teori sudah kelebihan kapasitas karena standarnya kalau 60 - 70 persen BOR terisi, sudah ideal. Kalau 80 persen, hampir terjadi over (kapasitas)," sebutnya. AWS berupaya menyiasati agar pasien baru Covid bisa tertampung. Caranya, dengan memindah pasien negatif swab dipindahkan ke zona hijau. Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, Swandari Paramita mengatakan salah satu cara mengurangi beban rumah sakit ialah dengan menekan angka penularan. "Jangan menjadikan RS sebagai garda terdepan. Garda terdepan ya masyarakat. Jangan sampai tertular," kata Swandari, kemarin. Peningkatan kasus yang melonjak setiap hari. Menyebabkan pihak rumah sakit mulai kewalahan menghadapi banyaknya pasien. Sehingga rumah sakit harus menambah kapasitas ruang dan jumlah nakes. Penambahan kapasitas ruang itu, kata Swandari masih mungkin dilakukan dengan alih fungsi ruangan dan penambahan tempat tidur pasien. Namun, untuk penambahan nakes memang sulit dilakukan. "Menambah tempat tidur gampang tinggal pesan, datang. Tapi nambah nakes, kita mau cari dari mana coba?" ujar Swandari. IDI menghitung, jumlah dokter dan perawat di Kaltim cukup ideal. Namun ketika pandemi melanda, dan terjadi lonjakan pasien. Jumlah nakes yang ada, menjadi terbatas. Apalagi, banyak juga nakes yang menjadi korban virus. Dalam penanganan COVID-19 seperti sekarang, kata Swandari. Jumlah nakes yang dibutuhkan mayoritas dari kelompok perawat. Karena satu dokter, masih bisa menangani banyak pasien. Tapi, satu pasien membutuhkan beberapa perawat. Banyaknya sekolah tinggi ilmu kesehatan dan akademi keperawatan di Kaltim. Belum mampu memenuhi kebutuhan nakes di Kaltim. Karena jumlah lulusan yang masih terbatas. "Contoh, Fakultas Kedokteran Unmul, mampu meluluskan 70 dokter per tahun. Dengan adanya pandemi, jumlah lulusan kita juga segitu, gak nambah," ucapnya. Sementara, kebutuhan terus bertambah selama masa pandemi. Solusinya, kata dia. Bukan memikirkan bagaimana nakes ditambah. Tapi bagaimana jumlah pasien yang dikurangi. Dengan menekan lonjakan kasus melalui langkah-langkah pencegahan. Di Balikpapan, tiga rumah sakit rujukan COVID-19 tak lagi mampu menampung pasien gawat darurat. Rumah sakit itu ialah RSUD Beriman, RS Siloam, dan RS Dr. R Hardjanto. 9 ruang tempat tidur ICU telah terisi. Sementara di RS Pertamina, dari 9 ICU, tersisa 2 kamar. Sementara dari 520 ruang isolasi di 11 rumah sakit, tersisa 75 ruangan, dan 9 tempat tidur ICU.

17 MENINGGAL

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, jumlah pasien meninggal dunia pada 14 Februari 2021 mencapai 17 orang. Dengan tambahan itu, tercatat 1.171 orang wafat akibat wabah selama hampir 11 bulan. Jumlah kematian harian yang terjadi kemarin mencatat angka tertinggi. Kasus terbanyak masih disumbangkan dari Balikpapan sebanyak 7 orang, lalu Penajam Paser Utara 3 orang, Samarinda dan Kukar masing-masing 2 orang. Dan sisanya tersebar. Sementara penambahan pasien terkonfirmasi positif sebanyak 330 kasus, yang disumbangkan dari Balikpapan 110 kasus, Kutai Kartanegara 72 kasus, Samarinda 36 kasus, Paser 35 kasus dan sisanya tersebar. Penambahan pasien sembuh COVID-19 lebih banyak dari angka positif, yaitu  sebanyak 500 kasus. Pemerintah menerapkan standar baru dalam penerapan protokol kesehatan yakni dengan 5M. Yaitu menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas. (krv/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: