Satgas Soroti Penyebaran Corona di Proyek Pertamina Balikpapan
BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com – Satgas Penanganan COVID-19 Balikpapan menyoroti tingginya kasus terkonfirmasi positif di Pertamina. Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), jumlah karyawan yang terkonfirmasi positif Corona belum menunjukkan penurunan.
Sampai kemarin, satgas mencatat setidaknya ada 35 penambahan kasus terkonfirmasi positif dari karyawan migas. Namun itu belum termasuk dari sub kontraktor yang berada di bawah kendali Pertamina. Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Balikpapan Rizal Effendi bahkan menyebut telah berkomunikasi dengan Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahja Purnama, terkait upaya menekan penyebaran wabah di kawasan itu. "Saya minta dukungan agar penanganan, protokol kesehatan di grup Pertamina lebih diperketat," ujarnya, baru-baru ini. Rizal juga meminta dukungan agar Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) sebagai salah satu rujukan utama semakin diperkuat. Baik menyangkut daya tampung pasien COVID-19, maupun dari segi sarana prasarana dan tenaga kesehatannya. Wali kota dua periode itu menyebut Pertamina sudah berkomitmen meningkatkan upaya pencegahan dengan menerapkan WFH para karyawan sampai 75 persen. Sementara upaya tracing akan dilakukan dengan alat GeNose. Alat pendeteksi virus corona yang diproduksi Universitas Gadjah Mada (UGM). "Kemudian mereka akan melakukan penerapan disiplin dan sanksi ke semua kontraktor yang tidak memenuhi protokol kesehatan," katanya. Pertamina juga akan ikut membantu kampanye donor konvalesen dan menyiapkan rumah aman untuk karantina dan isolasi karyawan migas yang terpapar. "Banyak perubahan yang dilakukan PT. Kilang Pertamina Balikpapan untuk menekan angka covid-19 di Balikpapan," katanya.VAKSINASI UNTUK LANSIA
Angka kematian akibat COVID-19 di Kaltim terus bertambah. Pada Selasa (2/2), Dinas Kesehatan mencatat adanya tambahan 8 kasus kematian. Dengan demikian sampai hari ini 1.018 orang meninggal akibat wabah. Persentase angka kematian pasien mencapai 2,4 persen dari jumlah kasus terkonfirmasi. Menurut Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, Swandari Paramita angka ini sangat tinggi, meski masih di bawah angka nasional, yang sebesar 3 persen. Swandari menyebut, mayoritas pasien yang meninggal akibat infeksi COVID-19 ialah pasien lanjut usia (lansia) dan memiliki penyakit komorbid. “Dua faktor itu, berkontribusi besar pada kasus kematian. Hal ini, juga terjadi di tingkat nasional,” katanya. Kasus kematian didominasi oleh usia antara 50 hingga 60 tahun ke atas. Dengan komorbid diabetes melitus dan hipertensi. "Mereka yang sudah lansia dan punya komorbid, umumnya daya tahan tubuh lebih rendah. Dan rentan terinfeksi virus. Sehingga ketika kena COVID kemungkinan jatuh dalam kondisi serius," jelas Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Mulawarman ini. Meski begitu, Swandari menyebut, kondisi ini masih bisa diantisipasi. Bagi pasien lansia dan komorbid mengontrol kesehatannya dengan meminum obat secara teratur. "Misalnya pasien diabetes, kontrol gula darahnya. Dan rajin minum obat inshaallah aman," ujar Swandari. Selain itu, deteksi dini juga harus dilakukan. Jika merasakan gelajala awal infeksi COVID-19. Sebaiknya segera memeriksakan diri ke rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat. Karena, menurut Swandari banyak kasus terjadi. Ketika kondisi pasien sudah parah, baru dilarikan ke rumah sakit. Sehingga penanganan cenderung terlambat. World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia menganjurkan pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah agar memiliki pulse oximeter. Yakni alat untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah. Jika saturasi oksigen di bawah 95 persen. Maka pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Untuk penanganan lebih lanjut. Terkait data ini, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono meminta pemerintah memprioritaskan vaksinasi pada kelompok lanjut usia. Hal itu bertujuan menekan risiko meningkatnya penanganan pasien di rumah sakit, sekaligus mencegah kematian akibat COVID-19. "Pemerintah harus prioritaskan vaksinasi pada penduduk berusia 60+. Ayo dukung vaksinasi lansia menuju pandemi terkendali,” cuit Pandu. Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 nasional menyatakan hasil analisis pasien COVID-19 berusia di atas 60 tahun berisiko kematian 19,5 kali lipat. Sementara, jenis komorbid yang berpotensi pada risiko kematian pasien ialah penyakit ginjal, jantung, diabetes mellitus, dan hipertensi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah membagi slot vaksinasi dari 181 juta penduduk yang menjadi target vaksinasi. Pada tahap I dan II, masih diprioritaskan kepada tenaga kesehatan (nakes) sebanyak 1,3 juga jiwa. Menyusul kemudian, petugas pelayanan publik sebanyak 17,4 juta jiwa. Dan baru kelompok lansia sebanyak 21,5 juta jiwa. Soal vaksinasi untuk lansia, Swandari Paramita menyebut masih menunggu ketersediaan vaksin jenis lain. Hal ini disebabkan vaksin Sinovac hanya untuk usia di bawah 59 tahun. "Lansia tentu juga menjadi skala prioritas.Tapi sekarang, nakes dulu. Karena mereka yang berhadapan langsung dengan pasien," jelasnya. Saat ini, pihaknya juga sudah mulai bersiap untuk penyimpanan vaksin jenis Pfizer dengan penyimpanan suhu -70 derajat celsius. Dua lokasi yang disiapkan ada di Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dan di RSUD AW Syahranie Samarinda. "Di FK kami punya 1 yang biasa untuk menyimpan sample analisis DNA penelitian. Bisa untuk penyimpanan Pfizer kalau nanti datang," ungkapnya.SUDAH 68 PERSEN
Terpisah, Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdaprov Kaltim, Andi Muhammad Ishak melaporkan. Realisasi vaksinasi untuk nakes di Kaltim sudah di atas rata-rata nasional, yakni 68,5 persen. Hal itu ia sampaikan saat mengikuti video conference Rapat Koordinasi Virtual terkait Monitoring Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 bersama Menkes Budi Gunadi Sadikin, Selasa (2/2). Andi menyebut beberapa daerah masih mengalami kendala dalam pelaksanaan vaksinasi. Seperti Samarinda yang cakupanya baru 62 persen. Dan daerah lain seperti Paser, Berau dan PPU. Sementara Bontang dan Kukar sudah cukup baik. Dengan cakupan realisasi vaksinasi di atas 70 persen. "Artinya memang perlu ada percepatan dalam rangka mengejar target selesai vaksin tahap I ini pada 10 Februari nanti," pungkasnya. (ryn/krv)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: