Harap-Harap Cemas, Kapasitas RS Makin Terbatas
BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com - Kondisi rumah sakit (RS) di Kota Minyak, semakin memprihatinkan. Satgas Penanganan COVID-19 Balikpapan menyebut ketersediaan ruang di rumah sakit untuk pasien terkonfirmasi positif, sudah melebihi nilai rata-rata nasional.
Setidaknya tiga dari delapan rumah sakit rujukan pasien COVID-19, mengkonfirmasi fasilitas tempat tidur untuk menampung pasien terkonfirmasi positif dengan gejala berat, sudah penuh. Yakni Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Beriman Balikpapan dan Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB). Direktur Utama (Dirut) RSKD Edy Iskandar menyebut baik ruang isolasi rawat inap maupun ruang Intensive Care Unit (ICU), sudah terisi dan digunakan untuk menangani pasien terkonfirmasi positif. Bahkan RSKD berencana menambah kapasitas ruang rawat inap isolasi COVID-19 baru, Sebanyak 30 tempat tidur, karena kebutuhan pasien terus meningkat, dengan memanfaatkan ruang kanker terpadu yang belum terpakai, yang akan dialihkan menjadi ruang perawatan COVID-19, sebab dinilai lebih mendesak. "Tapi (masih) menunggu dulu izin gubernur. Kami akan mengajukan surat," ujarnya, Minggu (17/1/2021). Dengan menambah 30 tempat tidur, maka kapasitas ruang untuk pasien COVID-19 menjadi sekitar 160 tempat tidur. "Sesuai permintaan kemenkes. RS rujukan COVID harus menyediakan 40 persen tempat tidur pasien COVID, dari kapasitas jumlah tempat tidur yang ada," terangnya. Hal yang sama juga terjadi di RSUD Beriman Balikpapan yang dipimpin dr Ratih Kusuma. Ia menyebut ada penambahan kapasitas tempat tidur untuk pasien terkonfirmasi positif. "Sudah menambah. Dari 19 tempat tidur menjadi 35 tempat tidur," terangnya. Sementara itu, ruang bagi pasien COVID-19 di RSPB juga sama seperti kedua rumah sakit lainnya. Kapasitasnya sudah penuh. "Kalau posisi sekarang kita sebetulnya sudah 50 persen dari kapasitas (keseluruhan untuk pasien COVID-19)," ujar Dirut RSPB Noor Khairuddin, saat dihubungi, kemarin. Ia menyebut total kapasitas bagi pasien COVID-19 yang dirawat berjumlah 90 tempat tidur. Sembilan di antaranya merupakan ruang ICU khusus pasien terkonfirmasi positif. "Kayaknya itu jumlah maksimal yang bisa kita buat. Karena menyangkut alurnya," terangnya. Ia mengaku sudah mengetahui jika rumah sakit diminta untuk menambah ruang sebanyak 30 sampai 40 persen. Namun seauai komitmennya sejak awal RSPB sudah membuat dua alur, khusus COVID-19 dan non COVID-19. Kedua alur terpisah. "Kesulitan rumah sakit seperti itu. Kadang menambah kamar juga harus memikirkan alur. Karena harus tetap terpisah. Selain itu sarana dan prasarananya. Termasuk SDM (Sumber Daya Manusia)," urainya. Dengan semua persyaratan menambah kamar itu, ia menilai beberapa rumah sakit lain yang menjadi rujukan pasien COVID-19 juga terkendala menambah tempat tidur. Karena keterbatasan fasilitas dan keterbatasan jumlah tenaga kesehatannya. "Dengan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) kita berharap jumlah pasien juga ikut turun," imbuhnya.PASCA VAKSINASI
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi (Diskesprov) Kalimantan Timur (Kaltim) dr. Padilah Mante Runa menjelaskan. Dari total 3,7 juta jumlah penduduk wilayah ini. Ada sekitar 2,2 juta jiwa yang perlu divaksinasi untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok dari infeksi COVID-19. Dari jumlah itu, jika masing-masing membutuhkan dua kali penyuntikan. Maka, Kaltim membutuhkan sekitar 4,5 juta dosis vaksin. "Kita butuh 4.513.012 juta dosis vaksin untuk 2.256.506 jiwa di Kaltim. Supaya tercapai herd immunity," kata Padilah, baru-baru ini. Padilah menjelaskan konsep herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan kondisi saat sebagian besar orang dalam suatu kelompok atau wilayah telah memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit infeksi. Semakin banyak orang yang memiliki kekebalan terhadap penyakit itu. Maka infeksi dapat diminimalisasi. Karena penyakit semakin sulit menyebar. "Karena orang tidak banyak yang terinfeksi. Kalau pun terinfeksi, tidak masuk dalam kondisi parah atau berat," jelasnya. Salah satu cara untuk mencapai kekebalan kelompok, adalah dengan vaksinasi. Vaksin yang disuntikan ke dalam tubuh akan menghasilkan antibodi kekebalan yang mampu melawan virus. "Istilahnya, ada tentara dalam tubuh kita. Pada saat serangan virus, daya tahan tubuh kita ada dan mampu melawan," ujar Padilah. Ia juga menyebut, upaya vaksinasi ini secara ekonomi dinilai lebih hemat. Dalam mengatasi penanggulangan virus corona. Dibandingkan dengan biaya perawatan yang sangat tinggi. Selain dengan vaksinasi. Orang-orang yang berhasil sembuh dari infeksi COVID-19 juga akan memperoleh kekebalan tubuh secara alami. Setelah pulih dari COVID-19. Tubuh akan memiliki antibodi untuk melawan virus penyebab infeksi. Apabila virus menyerang kembali. Itu lah mengapa, para penyintas COVID-19. Tidak perlu divaksinasi. Untuk itu, Padilah berharap Indonesia mampu mencapai herd immunity dan menekan penyebaran COVID-19. Sembari mengusahakan hal tersebut, upaya penanggulangan COVID-19 terus dilakukan. Melalui 3T yakni testing, tracing, dan treatment. Serta penerapan protokol kesehatan 3M. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. (ryn/krv/yos)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: