Meramu Obat
Lalu Abror menyertakan foto sampul buku In the Beginning, a New Interpretation of Genesis karya Amstrong.
“Praktisi dan penghayat tarekat/tasawuf seperti bos (Abror selalu panggil saya bos –DI) lebih mudah menerima tradisi-tradisi itu. Kalimatun sawaa’. Tapi orang-orang syariat seperti saya berat sekali. Butuh perjuangan ekstra,” tulisnya.
Diskusi pun berlanjut. Agak berat. Saya yakin Covid-19 yang ada di tubuh saya tidak bisa mengikutinya.
“Dalam tradisi Kristen, membahas Injil lebih enak,” kata Abror. “Semua mengakui Injil ada author-nya/pengarangnya. Tapi kalau bicara Al Quran susah. Karena antara makhluk atau kalam saja bisa bunuh-bunuhan,” tulis Abror.
Baiknya tidak semua diskusi dengan Abror itu dimuat di sini. Terlalu sensitif. Juga berat sekali.
Covid perlu yang humor-humor. Yang ”Hati Gembira” seperti dikatakan Tung Dasem saat terkena Covid dulu.
Saya juga tidak terlalu memikirkan Covid. Tapi saya tidak bisa berhenti memikirkan yang meramu obat saya itu. (*)
sumber: disway.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: