Kasus COVID-19 di Samarinda Melandai, Diskes Lega

Kasus COVID-19 di Samarinda Melandai, Diskes Lega

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Kasus penularan COVID-19 di Kota Tepian diklaim melandai. Tiga momen penting selama Desember 2020 disebut belum menunjukan pengaruh signifikan.

Yakni pilkada, natal dan tahun baru. Ketiganya diantisipasi oleh Dinas Kesehatan Samarinda. "Alhamdulillah kita berhasil mengantisipasi tiga kegiatan penting pada bulan Desember. Meskipun angkanya hanya sedikit melandai," ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Samarinda Ismed Kusasih. Khusus di Kaltim, kata Ismed, kepadatan masyarakat di Samarinda memang paling tinggi. Namun ia mengklaim, pihaknya berhasil menekan angka kematian dan angka kejadian. Meski masih berstatus zona merah, positivity rate dan angka kematian (fatality rate) Samarinda masih di bawah angka nasional. Kasus kematian berada di persentase 3,2 persen. Dan positivity rate sekitar 15 persen. "Puncak kasus konfirmasi positif dan kasus kematian karena COVID-19 Samarinda terjadi pada bulan September hingga Oktober 2020," paparnya. Baca juga: Bapenda Samarinda Bikin Terobosan, Laporan PAD Bisa Diakses Online Data menunjukkan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Samarinda pada September 2020 sebanyak 1.665 kasus. Pada Oktober tahun yang sama, sebanyak 1.756. Sedangkan pada Desember data melandai dengan 1.009 kasus. Sementara kasus kematian karena virus corona jenis terjadi pada September 2020. Dengan 69 kasus. Pada Oktober kasus kematian tercatat sebanyak 54 kasus. Dan pada Desember melandai dengan hanya 28 kasus kematian. "Semoga tahun 2021 semakin turun, sejalan dengan vaksinasi yang mulai dilakukan," ucap Ismed Kusasih. Kendati melandai, Samarinda masih memimpin dalam hal jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 secara akumulasi. Yakni sebanyak 7.057 kasus per Rabu 6 Januari 2021. Dan 340 kasus positif aktif dalam perawatan. Serta 6.493 kasus sembuh. Dan 224 total yang meninggal dunia. Namun dibalik tingginya kasus itu, ada keuntungan tersendiri. Karena itulah yang akan membentuk herd immunity di tengah masyarakat, kata Ismed Kusasih. Herd immunity juga diharapkan tercapai setelah dilakukan vaksinasi dilakukan. "Karena orang yang pernah terkonfirmasi positif sudah memiliki anti bodi. Sehingga tidak perlu divaksin lagi," pungkasnya. (das/boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: