Gerah, PT KPC Bantah Tumpahan Batu Bara di Pantai Kenyamukan

Gerah, PT KPC Bantah Tumpahan Batu Bara di Pantai Kenyamukan

Kutim, nomorsatukaltim.com – Kasus tumpahnya batu bara di Pantai Kenyamukan yang beberapa kali terjadi turut menyeret raksasa tambang di Kutim, PT Kaltim Prima Coal (KPC). Tumpahan batu bara yang diresahkan warga sekitar itu disebut-sebut berasal dari kapal pengangkut perusahaan tersebut. Karena terminal khusus pengangkutan batu bara milik PT KPC lah yang terdekat dari Pantai Kenyamukan.

Tak ingin menjadi isu liar. PT KPC segera membantah tudingan itu. Mereka menyanggah bahwa tumpahan batu bara itu bukan berasal dari aktivitas tambang mereka.

Manager External Relations PT KPC, Yordhen Ampung mengatakan, ada tiga hal yang bisa jadi alasan kuat kenapa tumpahan batu bara di Pantai Kenyamukan itu bukan dari KPC. Pertama ukuran batu bara yang ditemukan berbentuk bongkahan besar dan sedang. Sementara batu bara milik KPC semuanya berukuran kecil.

“Karena telah dipecahkan melalui crusher di Coal Processing Plant (CPP) sebelum dikirim ke pelabuhan dengan overland conveyor,” ucap Yordhen.

Fakta lainnya, jarak kegiatan bongkar muat batu bara KPC dengan Pantai Kenyamukan sepanjang lebih  6 Km. Bagian pantai yang lebih dekat dengan aktivitas bongkar muat batu bara terpantau sangat bersih dan tidak ditemukan ada serpihan batu bara.

“Jika memang berasal dari proses bongkar muat kami, harusnya di pesisir pantai terdekat juga terjadi hal yang sama,” imbuhnya.

Anak perusahaan PT Bumi Resources ini juga menerjunkan tim lingkungan. Hasil pengecekan  ditemukan sumber ceceran batu bara berasal dari area proyek penimbunan Pantai Kenyamukan. Fakta ini dapat dilihat langsung di area tersebut dan bahkan ditemukan bongkahan berukuran 20-30 cm.

“Kami turun cek lokasi hari Senin hingga Selasa, 28 dan 29 Desember 2020 lalu. Hasil analisa itu sangat memungkinkan. Mengingat urukan tanah di Kutim banyak mengandung batu bara,” sebutnya.

Analisa lingkungan itu dilakukan KPC karena derasnya tudingan terhadap mereka. Sehingga KPC merasa perlu bertanggung jawab meluruskan isu yang beredar di masyarakat Kutim dan Sangatta khususnya. Kejadian serupa juga pernah terjadi tahun lalu.

“Karena aktivitas kami yang paling dekat, akhirnya anggapan masyarakat kami yang melakukan. Maka kami pun merasa perlu untuk meluruskan termasuk hal ini,” tandasnya.

Diketahui, pada 21 Desember lalu air di Pantai Kenyamukan sempat menghitam dan sedikit berbusa. Warga sekitar pun merasa khawatir dengan kondisi tersebut. Meskipun belum mengetahui dengan pasti asal batu bara, tetapi warga tetap melaporkan hal ini ke Dinas Lingkungan Hidup Kutim. (bct/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: