Antisipasi RS Penuh Pasien COVID-19, Tenda Darurat Jadi Pilihan

Antisipasi RS Penuh Pasien COVID-19, Tenda Darurat Jadi Pilihan

BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com – Sejumlah rumah sakit di Balikpapan mulai memikirkan opsi pembuatan tenda darurat untuk menampung pasien COVID-19. Pilihan itu diambil jika jumlah pasien dengan keadaan berat terus bertambah, sementara pasien yang dirawat di ICU (Intensive Care Unit) tidak berkurang.

Namun sebelum membuat tenda darurat, ada upaya rumah sakit mempersiapkan ruang ICU baru. Namun apakah dua jalan alternatif itu bisa dilaksanakan? Direktur Utama Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) Noor Khairuddin mengatakan pendirian tenda darurat bisa dipertimbangkan. "Itu (tenda darurat) memungkinkan. Tapi harus menyiapkan tenaga kesehatannya, peralatannya," kata Noor Khairuddin. Tenda darurat diperuntukkan bagi pasien dengan gejala ringan saja. Sementara pasien dengan gejala berat, perlu perawatan yang lebih intensif di ruangan yang benar-benar bisa mendukung. Ia membenarkan jika ruang ICU khusus pasien terkonfirmasi positif COVID-19 sudah terisi penuh. Dari 90 ruang khusus pasien positif. Ada sembilan ruang ICU. “Sementara 81 ruang lainnya untuk isolasi juga (penuh)," ujarnya, saat dihubungi, Selasa (29/12/2020). Dalam kondisi ruangan yang penuh, ia menyebut ada kemungkinan jika pihaknya menolak rujukan atau mengalihkan pasien ke rumah sakit yang lain. "Tapi sejauh ini belum ada sih, masih bisa kita tangani," katanya. Dengan kondisi itu, saat ini RSPB hanya melayani pasien dalam kota. Tindakan ini diambil sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah. Meski tak punya data secara lengkap, RSPB juga menangani pasien corona dari berbagai daerah. "Kalau data saya enggak hapal. Tapi ada dari Samarinda, dari Utara (Kaltara) juga ada. Kita biasanya berkoordinasi dengan Diskes Balikpapan," terangnya. Senada, Dirut Rumah Sakit dr Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Edy Iskandar menyebut kondisi ruang ICU di RSKD berjumlah 17 ruang, lengkap dengan alat ventilator. Kondisinya kini sudah penuh semua. "Kalau ICU penuh, kami akan menolak pasien, atau dialihkan (rujuk) di rawat di RS lain," ujarnya, kemarin. Ia membenarkan jika RSKD yang merupakan rumah sakit milik Pemprov Kaltim itu tidak hanya melayani pasien positif dalam kota, bahkan sebagian besar dihuni pasien dari Samarinda. "Paling banyak dari Samarinda. Tapi sekarang kita tolak karena ICU sedang full. Prioritas warga Balikpapan kalau ada ruang ICU yang kosong," terangnya. Edy menyebut pertimbangan mengubah ruang isolasi biasa menjadi ruang ICU, bukan perkara mudah. Banyak hal yang perlu disiapkan. Mulai dari ketersediaan peralatan, sampai menambah jumlah tenaga kesehatan. Perlu Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlatih, katanya. Langkah yang bisa diambilnya yakni meminta agar pasien dengan kondisi gejala ringan untuk menggunakan fasilitas isolasi mandiri di Embarkasi, Asrama Haji di Batakan, Balikpapan Timur. Jika memungkinkan pihaknya juga menyarankan pasien gejala ringan untuk isolasi mandiri di rumah. Sebab ruang isolasi di RSKD juga sudah penuh. Persisnya sekitar 90 persen ruangan untuk rawat inap isolasi khusus pasien COVID-19, telah terisi. "Kalau (tenda darurat), tidak bisa. Ini penyakit sangat menular. Nakes tidak berani kalau tidak safety," imbuhnya. Sebelumnya Kepala Diskes Balikpapan Andi Sri Juliarty menyebut 28 ruang ICU dari 13 rumah sakit di Balikpapan sudah penuh. Begitu juga dengan ruang isolasi yang seluruhnya berjumlah 304 ruangan, juga sudah ditempati. "Sejelek-jeleknya (sangat darurat), tenda boleh dibuka untuk mengantisipasi lonjakan kasus," katanya. Dengan kondisi ini, Satgas Penanganan COVID-19 Balikpapan terus mengingatkan masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan virus. Sebab saat ini terjadi peningkatan kasus dengan kriteria berat.  Semua rumah sakit terisi penuh, dan Bed Occupancy Ratio (BOR) pemakaian tempat tidur isolasi mencapai 81%. "Oleh karena itu kami meminta masyarakat mewaspadai gejala COVID-19 antara lain batuk, pilek, demam tinggi, influenza, otot pegal, sakit kepala, diare, dan kehilangan indra penciuman," imbau Andi Sri Juliarty. Apabila memiliki gejala tersebut, masyarakat disarankan segera berobat ke pusksemas, klinik, rumah sakit, dan jangan menunggu sesak napas. "Apalagi jika di dalam satu rumah atau kelompok terdapat gejala yang sama," tambahnya. Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi sekaligus Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Balikpapan telah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh perusahaan baik BUMN/BUMN/perusahaan swasta untuk kembali memaksimalkan sistem kerja dari rumah. Pemerintah Kota Balikpapan kembali menerapkan WFH sampai 3 Januari 2021. Pemerintah juga melakukan rapid test antigen terhadap aparat sipil negara (ASN).  Hasilnya, 4 ASN ditemukan reaktif. (ryn/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: