Seminar Poltekkes Bahas soal MSG; Aman Dikonsumsi, Tingkatkan Anti Oksidan Tubuh

Seminar Poltekkes Bahas soal MSG; Aman Dikonsumsi, Tingkatkan Anti Oksidan Tubuh

Supriyadi (kiri) mendampingi Jauhar (dua kiri) memukul membuka Seminar Kesehatan Nasional Poltekkes Kemenkes Kaltim tentang gizi pangan. MONOSODIUM Glutamat (MSG) atau biasa disebut sebagai penyedap rasa saat ini isunya cukup hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat awam. Bahkan sering dikambing hitamkan sebagai pemicu berbagai penyakit berbahaya. Mulai dari kanker, penurun kecerdasan karena melemahnya fungsi otak usai konsumsi MSG yang terdapat pada makanan. Padahal fungsi MSG ini sangat banyak manfaatnya bagi tubuh. Di antaranya meningkatkan senyawa anti oksidan alami dalam tubuh. Melancarkan metabolisme pencernaan maupun aliran darah. Tentunya dalam konsumsinya dalam batas wajar, yakni sekitar 0,9 gram saja. "MSG digunakan sesuai dengan ketentuan untuk bahan tambahan pangan (BTP) diperbolehkan dan aman. Karena glutamat juga terdapat dalam makanan sehari-hari. Seperti kacang-kacangan, garam, ikan laut dan buah, namun jumlahnya tidak tinggi," jelas Dr Marudut Sitompul MPS, Dosen Poltekkes Jakarta II sebagai narasumber di Seminar Nasional Keamanan Pangan yang di helat oleh Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Kaltim Sabtu (14/9/2019) pagi tadi. Seminar kesehatan di Aula Olah Bebaya Kantor Gubernuran Kaltim Jalan Gajah Mada Samarinda yang diikuti oleh 300-an peserta. Terdiri dari mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Kaltim, praktisi, pengamat, pelaku kesehatan di Benua Etam. Bertema "Fakta Ilmiah Keamanan Bumbu Umami (MSG)" ini kerjasama dengan Ajinomoto dan Disway Kaltim sebagai media partner. Menghadirkan 3 narasumber kompeten di bidangnya. Selain Marudut Sitompul ada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Samarinda, Drs Leonard Duma Apt MM. Juga ada Ketua Jurusan Gizi Poltrkkes Kaltim Ir Wiryanto MM. "Dari penelitian jurnal terkemuka dunia di berbagai negara maju bahwa pengunaan MSG dinyatakan aman. Molekul glutamat bisa menjadi energi karena pemecah glukosa. Jadi tidak perlu takut gunakan penyedap rasa sintetis MSG ini sewajarnya untuk penegas rasa dan akan diuraikan oleh tubuh," urai pria asal Medan ini. Plt Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Kaltim , Mohammad Jauhar Efendi dalam sambutannya saat membuka seminar kesehatan mewakili Gubernur menegaskan bahwa mahasiswa harus kritis. Yakni bisa meneliti dan membedah tentang MSG itu mitos atau hoax. Kemudian bisa menyebarkan informasi secara akurat pada masyarakat. Agar persepsi tentang gizi di masyarakat bisa terus ditingkatkan siapkan SDM unggul bangun Kaltim sebagai calon ibu kota negara (IKN) baru. "Saya mengajak 841 desa dan 197 kelurahan se-Kaltim untuk bersama meningkatkan kesehatan. Terutama kualitas SDM sejak kehamilan dan usia emas harus sehat," terang Jauhar dan dilanjut dengan pemukulan gong 3 kali menandakan acara resmi dibuka. Drs Leonard Duma menerangkan bahwa MSG pertama kali ditemukan dalam rumput laut. Jadi asam glutamat aman dan sudah mendapat izin edar dari BPOM. Kemudian MSG sintetis ini juga sudah diatur kegunaan dalam Undang-Undang (UU) sebagai BTP. Dengan catata sesuai takaran peruntukannya. Kemudian ia mengimbau untuk memastikan semua bahan makan aman dikonsumsi pastikan 'Ceklik'. Yakni cek kemasannya masih bagus atau sudah rusak, cek labelnya komposisi dari pangan. Kemdian cek izin edar dan cek masa kedaluarsanya. "Asam glutamat sebagai BTP alamiah ini terdapat pada garam, merica kunyit jahe dan sebagainya dengan kandungan kecil sebagai penegas rasa. Yang berbahaya dan tidak boleh dicampur dalam BTP adalah rodamin B, borak, formalin untuk pengawet," tegas orang nomor satu yang berwenang di BPOM Kota Tepian ini. Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim, H Supriyadi B MKeb berpesan pada peserta terutama mahasiswa agar menjadi agen penyebarluasan informasi yang tepat sesuai bidangnya. Karena mereka sudah mendapatkan ilmu dan wawasan serta pengetahuan terbaru secara terpelajar. "Seminar ini penting sebagai bahan dan bekal mahasiwa menapaki kehidupan pendidikan dan pengabdian di masyarakat terkait kebutuhan gizi. Terlebih ke depan berbagai macam makanan siap saji akan melimpah. Jadi mereka bisa langsung memberikan tindakan memilih makanan yang sehat layak konsumsi," harap Supriyadi yang diamini Wakil Direktur (Wadir) II, Dr Hj Endah Wahyutri SPd MKes. Selain seminar dan tanya jawab dengan pemateri, juga dilakukan senam peregangan ala Poltekkes Kemenkes Kaltim. Selanjutnya dirangkai pemberian cenderamata pada narasumber. Menariknya semua peserta diajak mencicipi 2 potong cemilan seperti bakwan dicampur MSG. Satunya tanpa penyedap rasa. Hasil dari kuisioner ini banyak calon intelektual itu lebih suka makanan mirip telur dadar tersebut diberi penyedap rasa. (s/ion)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: