Cerita Dandim 0909/Sangatta Usai Jalani Karantina COVID-19 Selama 10 Hari
Kutim, nomorsatukaltim.com- Banyak yang mengira, kehidupan karantina di rumah karantina terpadu, yang disediakan Pemkab Kutim untuk pasien COVID-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG), mengerikan. Namun ternyata, ada sisi lain yang bisa ditemukan di tempat isolasi bagi penderita COVID-19 itu.
Seperti yang dikisahkan Dandim 0909/Sangatta, Letkol Czi Pabate yang dikarantina hampir 2 minggu lamanya di hotel Kutai Permai, Jalan Yos Sudarso I, Sangatta Selatan. Dandim Pabate merupakan salah satu pasien COVID-19 yang dinyatakan OTG, dan baru saja sembuh dari corona. Ia mengungkap kehidupan pasien-pasien covid dengan gejala ringan yang menjalani karantina di Kutai Permai. “Sebelumnya saya tidak pernah bayangkan harus jalani kehidupan di Kutai Permai yang harus dikarantina. Dulu saya menganggap di sana akan sangat mengerikan, tapi ternyata tidak. Saya dan pejuang covid lainnya hidup selayaknya orang normal,” ujar Pabate dalam perbincangan dengan media ini, beberapa waktu lalu. Pabate menyebutkan, dirinya bisa dikarantina karena inisiatif sendiri. Awalnya, ia melakukan perjalanan dinas luar, dan dirinya pun masuk sebagai OTG. “Awalnya dari dinas luar dan syukurnya setiap saya balik dinas dan sebelum bertemu keluarga, saya selalu periksakan diri dulu dan hasilnya reaktif. Sehingga dilanjutkan dengan swab, keluar hasilnya positif. Namun saya masuk kategori orang tanpa gejala, dan yang OTG ini menurut saya lebih berbahaya kalau tidak melakukan karantina, karena menganggap dirinya sehat, sehingga tanpa sadar bisa menularkan ke mana-mana,” paparnya. Pabate juga mengungkap, setiap hari pasien covid mendapat makanan sehat tiga kali sehari. Termasuk buah dan snack yang baik untuk menjaga imun. Kemudian olahraga juga menjadi rutinitas bagi para pasien corona. “Bahkan olahraga bisa dilakukan bareng-bareng sesama pasien. Kalau pagi hampir semua pasien turun ke bawah untuk berjemur dan olahraga di sekitaran Hotel Kutai Permai,” jelas Pabate. “Kita olahraga di pagi hari, kadang sore juga. Ada yang senam, Awalnya sendiri-sendiri, tapi kemudian karena akhirnya kenal jadi gabung. Waktu aku kemarin di sana ada bagusnya, jadi saya bisa jadi ketua kelas agar mereka lebih disiplin,” jelasnya sambil tersenyum. Dukungan tenaga kesehatan juga menjadi amunisi bagi pasien corona. Bukan hanya dari sisi medis saja, tapi juga dukungan secara moral. “Para tenaga kesehatan ini betul-betul luar biasa. Mereka memberi penghiburan dan semangat untuk kita. Karena kisah pasien di tempat karantina itu macam-macam ya. Ada banyak ibu yang meninggalkan anaknya di rumah. Ada juga yang baru saja kehilangan orang terkasihnya. Para tenaga kesehatan dan relawan ini memberi penguatan dan motivasi” tutur Pabate. Rasa sepenanggungan sesama pasien covid juga menjadi penguat di tempat karantina di Hotel Kutai Permai. Pabate menyatakanm pemerintah sudah memberikan pelayanan yang sangat baik untuk para pasien corona. “Saya tidak pernah menyesal karena memutuskan untuk isolasi di Hotel Kutai Permai yang merupakan tempat paling proper (layak, Red) dalam penanganan COVID-19. Tanpa harus khawatir menularkan orang lain di lingkungan rumah,” pungkasnya. (Oke/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: