71 Hari Pimpin Kutim, Jauhar Memang Istimewa

71 Hari Pimpin Kutim, Jauhar Memang Istimewa

Kutim, nomorsatukaltim.com – Tanpa memandang sebelah mata Penjabat Sementara (Pjs) lainnya di Kaltim. Yang mengisi pemerintahan saat para kepala daerah menjadi konstentan pilkada. Dari pantauan Nomor Satu Kaltim, Jauhar Efendi adalah Pjs yang paling serius kerjanya.

Tak banyak basa basi sejak hari pertama. Di sesi pertemuan terbatas dengan para pejabat di lingkup Pemkab Kutim saat itu. Jauhar langsung bertanya, apa saja yang masih menjadi pekerjaan rumah Kutim. Hal apa saja yang harus diperbaiki.

Padahal sebagai bupati 71 hari. Jauhar Efendi bisa saja memilih bersantai dan tak perlu memusingkan pekerjaan di daerah tersebut. Tapi dengan sebagian masa pengabdiannya banyak dihabiskan sebagai camat. Insting kerja Jauhar berjalan. Masa kerja singkat tak jadi penghalang buatnya.

Dan sejak hari itu, Jauhar begitu sibuk. Sangat sibuk untuk ukuran Pjs yang mestinya tak perlu membuat gebrakan sekecil apa pun. Toh, gubernur juga hanya memesankan dua hal. Melanjutkan roda pemerintahan dan menyukseskan pilkada. Itu saja.

Pekerjaan Jauhar tak hanya bersiasat soal penanganan virus corona. Tapi juga merambah sektor pertanian, kendaraan dinas, jalan rusak, ketahanan pangan, dan masih banyak lagi.

Sabtu 5 Desember 2020 masa tugas Jauhar selesai. Dalam sambutan perpisahannya, Jauhar mengaku terkesan dengan apa yang sudah berjalan selama 71 hari masa kerjanya. Ia menganggap semua stakeholder pemerintahan di Kutim sangat mendukungnya. Dari pejabat di kantor bupati, sampai pada camat dan kepala desa.

“Warga di sini juga terbuka dan bisa menerima saya dengan baik. Saya merasa bangga dan insyaallah Kutim akan selalu dikenang” ucap.

Jika di hari pertamanya menjabat ia banyak mendengar dan menyerap apa saja yang masih jadi PR di Kutim. Di momen perpisahannya, giliran Jauhar yang menitipkan PR pada para pemangku Pemkab Kutim.

Beberapa PR yang harus segera diselesaikan itu meliputi masih ada perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap lingkungan dan tenaga kerja. Penataan aset yang harus disempurnakan. Hingga persoalan kerja sama kemitraan antara koperasi dan perusahaan yang belum pas.

Bahkan dirinya membuat sebuah laporan terkait apa saja yang mesti diperbaiki oleh Pemkab Kutim. Agar bisa menjadi acuan untuk mengambil keputusan atau kebijakan nantinya.

“Saya sudah membuat laporan dan akan diserahkan ke Sekda mengenai bebarapa langkah kegiatan  yang dilakukan dan beberapa  PR yang harus diselesaikan,” jelas Jauhar.

Terdekat dan harus jadi perhatian adalah pelaksanaan Pilkada 9 Desember nanti. Selain bisa berjalan dengan lancar, partisipasi pemilih bisa didongkrak. Mengingat Kutim jadi ranking terendah untuk urusan partisipasi pemilu. Bahkan ketika dalam kondisi normal.

“Mudah-mudahan ini terus digencarkan melalui para camat kepada masyarakat. Saya juga sudah membuat surat agar perusahaan-perusahaan dapat mendorong pekerjanya mengunakan hak pilihnya,” katanya.

Ditemui seusai acara Jauhar berharap Kutim semakin maju dan sejahtera. Sesuai dengan potensi yang dimiliki Kutim yang dinilai sangat luar biasa.  “Tinggal bagaimana kita mensinergikan beberapa kekuatan yang ada di Kutim, Insyaallah saya yakin,” tutup Jauhar.

Sebagai konklusi, selama masa jabatannya. Jauhar memang banyak terlibat di hal-hal berbau teknis. Kutim rasanya tetap memiliki bupati sebenarnya selama masa cuti petahana. Satu hal yang barangkali belum terselesaikan karena tenggat waktu yang tak cukup adalah soal janji Jauhar akan menaikkan gaji pekerja honorer di lingkup pemkab. Di luar itu, Jauhar tetaplah istimewa. (bct/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: