Zona Merah COVID-19 Kaltim Bertambah

Zona Merah COVID-19 Kaltim Bertambah

Korban meninggal akibat COVID-19 di seluruh Kalimantan Timur terus bertambah. Data terbaru Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Kaltim mencatat sudah ada 505 orang meninggal dunia. Dengan kata lain, jumlah kematian akibat corona rerata 50 orang per bulan.

nomorsatukaltim.com - Pekan ini, penambahan konfirmasi positif sebanyak 1.347 kasus. Penambahan tertinggi terjadi pada Kamis (5/11/2020), yang mana penderita baru sebanyak 307 orang. Dengan jumlah itu, saat ini kasus harian corona rerata 100 kasus. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Kaltim, Andi Muhammad Ishak mengatakan angka itu belum termasuk efek libur Panjang akhir Oktober lalu, “Kalau dilihat dari masa inkubasi virus yakni selama 7 hingga 10 hari. Maka, pergerakan kasus pasca libur baru bisa dilihat pada satu pekan ke depan,” kata Andi Muhammad Ishak, Ahad (8/11/2020). Peningkatan 307 kasus baru pada Kamis (5/11/2020) lalu, kata dia. Disebabkan oleh rekap data dari Kutai Kartanegara yang terlambat dilaporkan sehari sebelumnya. Bukan karena lonjakan kasus. Gugus Tugas menyatakan grafik penularan virus di Kaltim belum melandai, artinya angka penularan diperkirakan masih tinggi. Meski begitu tren kesembuhan juga cukup tinggi. Kemarin misalnya, 212 kasus sembuh. Dengan demikian total kesembuhan mencapai 12.773 pasien dari 15.606 kasus positif. Maka angka kesembuhan mencapai 80 persen. Angka positivity rate COVID-19 di Kaltim juga menurun. Menjadi 15,4 persen. Setelah sebelumnya pernah mencapai 26 persen. Meski begitu, Andi berpesan kepada seluruh masyarakat. Agar tetap waspada dan laksanakan protokol kesehatan secara disiplin. Terutama saat beraktivitas di luar rumah. "Terapkan 3M. Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Konsumsi makanan sehat dan bergizi, serta rutin berolahraga sehingga imun tubuh meningkat, agar tidak tertular virus corona," pesannya.

MENUNGGU VAKSIN

Sementara CNN Indonesia melaporkan pemerintah bakal memulai vaksinasi pada pekan ketiga Desember. PT Bio Farma (Persero) menyebut kandidat vaksin yang bakal digunakan merupakan kandidat vaksin impor yang dikembangkan perusahaan biofarmasi China, Sinovac. Kendati demikian, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menegaskan vaksin impor yang tidak dilakukan uji klinis populasi Indonesia ini harus sudah terbukti keamanan dan efikasinya melalui lampu hijau Emergency Use Authorizatiob (EUA) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia. "Yang Desember nanti akan menggunakan impor vaksin jadi dari Sinovac. Tapi itu nanti juga akan di-approved dulu oleh BPOM, " kata Honesti. Sedangkan kandidat vaksin Sinovac yang tengah dilakukan uji klinis fase tiga di Bandung, Jawa Barat masih belum rampung. Honesti bilang, perlu waktu hingga enam bulan untuk memastikan kelayakan vaksin baik dari segi keamanan, imunogenitas hingga tingkat efektivitas vaksin. Sebagaimana diketahui, uji coba fase klinis tahap III sudah dilakukan di Bandung, Jawa Barat, yang diikuti oleh 1.620 orang relawan. Hasil uji klinis selanjutnya akan digabungkan dengan uji klinis di negara lain, seperti Brasil yang akan menyelesaikan uji coba pada November 2020. "Uji klinis kita kan enam bulan, jadi target untuk dapat EUA itu sekitar pekan pertama hingga pekan kedua Januari 2021," lanjutnya. (krv/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: