Debat Perdana Pilpres AS, Panas dan Kacau

Debat Perdana Pilpres AS, Panas dan Kacau

Cleveland, nomorsatukaltim.com – Debat perdana Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) antara Donald Trump dan Joe Biden berlangsung panas. Hujan interupsi mewarnai debat yang berlangsung selama 1,5 jam ini. Digelar di kampus Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio, Selasa (29/9) malam waktu setempat.

Kekacauan mewarnai debat di mana kedua calon presiden (capres) terutama Biden kesulitan menyatakan posisi politiknya kepada penonton. Kedua capres masing-masing diberi waktu 2 menit. Untuk menjawab pertanyaan dan menanggapi satu sama lain pada debat terbuka ini. Namun peraturan itu jelas diabaikan. Emosi kedua capres terlihat di mana serangan-serangan personal dilancarkan satu sama lain. Saling teriak dan saling tuduh pun tidak terhindarkan di debat yang bisa dikatakan terburuk dan terkacau dalam sejarah Pemilu AS.

Trump menginterupsi dan mem-bully Biden. Trump terlihat jelas menggunakan strategi untuk mencegah Biden menyampaikan program politiknya kepada calon pemilih. Terutama sekitar 10 persen swing voters yang belum menentukan pilihannya. Berkali-kali presiden berusia 74 tahun itu menginterupsi dan mem-bully Biden ketika dia sedang berbicara. Misalnya ketika Biden mengkritik penanganan pandemi COVID-19 di bawah pemerintahan Trump. Mantan wakil Obama itu mengatakan akan semakin banyak warga negeri “Paman Sam” yang meninggal jika Trump tidak mengambil kebijakan yang lebih cerdas dan cepat.

Trump yang jengkel dengan cepat menginterupsi Biden. Trump menyerang intelektualitas lawannya itu. Yang menurutnya rendah. Dengan merujuk ke nilai universitas Biden yang salah satu paling jelek di kelas. “Jangan Anda memakai kata cerdas dengan saya,” kata Trump menanggapi dengan ketus.

Trump cukup efektif karena Biden kewalahan untuk menyelesaikan janji kampanye yang ingin disampaikannya. Namun di sisi lain, pertanyaan lain yang muncul adalah apakah strategi ini akan membuat pemilih menjatuhkan pilihan ke Trump? 

Suami Melania Trump itu gagal menyampaikan kepada calon pemilih mengapa dia harus diberi kesempatan 4 tahun lagi untuk memimpin negeri “Paman Sam”. Tidak ada program baru atau agenda jelas yang disampaikan oleh taipan real estate itu. Trump membuang kesempatan emas mengingat data terakhir agregasi rataan survei nasional oleh FiveThirtyEight menunjukan Trump tertinggal jauh 7,1 poin dari Biden.

Walau Trump terlihat mengontrol jalannya debat yang dimoderatori oleh Chris Wallace dari Fox News, debat dianalisa berlangsung draw atau seimbang. Karena kemampuan Biden memanfaatkan sekecil apapun waktu yang dimilikinya di tengah tekanan interupsi lawannya. 

Berkali-kali politisi kawakan berusia 77 tahun itu menggunakan strategi berbicara menatap langsung ke kamera atau layar televisi yang disaksikan jutaan mata penonton. Ia menyampaikan dengan ringkas dan lugas ketidakbecusan Trump.

Taktik penggunaan sound bite Biden jelas diarahkan ke undecided voters dan pemilih yang masih ragu-ragu. “Di bawah Trump, Amerika semakin lemah. Semakin sakit. Semakin miskin. Semakin terpecah. Dan semakin penuh (dengan) kekerasan,” ujar Biden.

Biden juga terlihat tenang dan mencoba semampu mungkin mengendalikan emosinya. Itu pun tidak menghindarkan dia dari beberapa kali melontarkan kedongkolan kepada Trump seperti, “Bisa diam tidak, Bung?” Suami Jill Biden ini juga meledek Trump sebagai presiden terburuk dalam sejarah dan menyerangnya sebagai pembohong dan penipu.

Perbedaan mendasar Biden dan Hillary Clinton yang dikalahkan Trump pada Pilpres 2016 adalah Biden mampu tersenyum dan tertawa menanggapi hujan serangan yang dilancarkan Trump. Gestur tubuh Biden yang lebih rileks dari Clinton menunjukan Biden telah mempersiapkan diri secara matang melawan gaya debat Trump yang terkenal tidak terarah.

Sejumlah isu yang dibahas di debat pertama adalah mengenai politik pemilihan Hakim Agung AS pengganti Ruth Bader Ginsburg, penanganan pandemi COVID-19, krisis rasial yang sedang melanda AS, ekonomi, pemanasan global, dan integritas hasil pemilu.

Namun pada akhirnya topik-topik itu tidak pernah terbahaskan dengan jelas. Karena betapa kacaunya debat. Fokus debat berpindah dengan cepat dari satu topik ke topik lain. Apalagi Trump kerap sesuka hati mengganti-gantinya.

Debat berikutnya adalah debat cawapres petahana Mike Pence dan Senator California Kamala Harris yang akan digelar pada 7 Oktober 2020 di Universitas Utah di Kota Salt Lake City. (kmp/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: