Pangeran Saudi yang Diselimuti Kontroversi

Pangeran Saudi yang Diselimuti Kontroversi

Beberapa aktivis perempuan dan laki-laki ditangkap awal tahun ini atau persisnya beberapa minggu sebelum larangan perempuan mengemudi dicabut secara resmi. Lembaga HAM, Human Rights Watch atau HRW, mengkritik penangkapan para aktivis itu. Mereka mengatakan, upaya penahanan ini untuk menunjukkan MBS tidak menerima kritik atas pemerintahannya.

“Penangkapan ini bukan tentang perempuan yang meminta hak untuk mengemudi. Ini tidak ada hubungannya dengan itu. Beberapa dari mereka yang ditangkap memiliki hubungan dengan badan-badan intelijen asing yang mencoba untuk mencelakakan Arab Saudi,” kata MBS.

Ketiga, penahanan politisi dan pengusaha Saudi. Pada 2017, pasukan keamanan Saudi menangkap puluhan orang-orang kaya di Saudi dan para pesaing politiknya. Langkah ini disebutnya sebagai upaya untuk memerangi korupsi di kalangan pejabat eselon Kerajaan Saudi.

Para pengusaha itu ditahan selama berminggu-minggu di hotel mewah Ritz-Carlton, Riyadh, Saudi. Beberapa orang dilaporkan dianiaya secara fisik. Laporan New York Times mengatakan, 17 tahanan bahkan membutuhkan perawatan di rumah sakit setelah kekerasan fisik yang dialaminya.

“Ini adalah upaya untuk mengatasi korupsi dan sebagai tanggapan atas eksploitasi oleh beberapa jiwa lemah yang telah menempatkan kepentingan mereka sendiri di atas kepentingan publik. Untuk secara tidak sah menambah pundi-pundi mereka,” kata Raja Salman dalam sebuah wawancara pada November 2017.

Keempat, dalang di balik krisis GCC. Pada 5 Juni 2017, 4 negara memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memblokade perdagangan dengan Qatar. Langkah untuk memutuskan hubungan dan memblokade Qatar. Nampaknya didorong oleh MBS dan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang tidak mencapai kata sepakat dengan Qatar terhadap pembagian kursi di Dewan Kerja Sama Negara-Negara Teluk atau GCC.

Tekanan dari mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson, disebut telah menyebabkan MBS mundur dari blokade ini. Terlebih karena ia khawatir bahwa invasi ini akan merusak hubungan jangka panjang Saudi dengan AS.

DILINDUNGI TRUMP

Presiden AS Donald Trump sesumbar bahwa dia melindungi MBS setelah insiden pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Hal ini dituliskan dalam sebuah buku yang ditulis oleh jurnalis investigasi Bob Woodward.

“Saya telah menyelamatkannya. Saya bisa membuat Kongres menghentikannya. Saya bisa membuat mereka berhenti,” ujar Trump tentang hingar bingar AS terkait pembunuhan Khashoggi, menurut Business Insider, mengutip dari salinan buku Woodward.

Trump mengatakan kepada Woodward bahwa dia tidak percaya MBS telah memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi. Di sisi lain, AS dan badan intelijen asing lainnya telah menyimpulkan MBS mengarahkan pembunuhan tersebut. Woodward melakukan 18 wawancara dengan presiden untuk bukunya. Rekaman audio pernyataan Trump kepada Woodward dirilis pada Rabu (8/9). Rekaman itu memunculkan kembali kontroversi politik di AS terkait penanganan pemerintah terhadap pandemi virus corona.

Woodward menulis, Trump menelponnya pada 22 Januari 2020. Tak lama setelah menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Menurut Business Insider, dalam percakapan telepon itu, Woodward mendesak Trump untuk berbicara mengenai pembunuhan Khashoggi.

Kematian Khashoggi memicu kemarahan antara legislator AS dari Partai Republik maupun Demokrat. Trump menjual alat pertahanan yakni peluru kendali presisi dan senjata berteknologi tinggi lainnya ke Saudi dan UEA senilai 8 miliar dolar AS. Penjualan alat pertahanan itu tidak melewati persetujuan Kongres.

Trump juga memveto 3 resolusi yang disahkan oleh Kongres yang menegurnya atas penjualan alat pertahanan tersebut. Trump memblokir resolusi Undang-Undang Kekuatan Perang. Demi mengakhiri dukungan militer AS untuk perang yang dipimpin UEA dan Saudi di Yaman.

Khashoggi dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul. Dia pergi ke kantor konsulat untuk mengurus izin pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz. Khashoggi dibunuh ketika berada di dalam konsulat dan jasadnya diduga telah dimutilasi oleh agen Saudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: