Vladimir Putin, Pencinta Novel Bergenre Agen Rahasia

Vladimir Putin, Pencinta Novel Bergenre Agen Rahasia

MOSKOW, nomorsatukaltim.com - Bagi banyak orang, usia 67 tahun merupakan saat yang tepat untuk menikmati hari tua. Apalagi jika sudah memiliki karier yang teramat sukses. Sayangnya, kata istirahat nampaknya tidak ada di dalam kamus Vladimir Vladimirovich Putin, yang di usia senjanya justru tengah berpeluang besar sebagai presiden Rusia seumur hidup.

Namun, jalan Putin untuk menduduki tampuk kekuasaan di negeri besar itu tidak mudah dan teramat panjang. Bagaimana seorang perwira rendahan KGB pemegang sabuk hitam judo ini bisa menjadi salah seorang paling berkuasa di dunia?

Kehidupan dan Karier

Putin lahir dari keluarga pekerja di Leningrah (St Petersburg) pada 7 Oktober 1952. Ayahnya adalah seorang veteran Perang Dunia II dengan banyak tanda jasa yang kemudian bekerja di sebuah pabrik. Di masa kecilnya, Putin tumbuh besar di apartemen komunal bergaya Uni Soviet bersama 2 keluarga lainnya. Hal semacam itu amat biasa di masa komunis berkuasa. Lahir dan tinggal pada masa Perang Dingin, Putin dan keluarganya bisa dibilang hidup sangat pas-pasan. Bahkan, orang tua Putin hidup menderita selama Perang Dunia II. Ayah Putin, Vladimir Spiridonovich Putin, saat itu harus mengabdi kepada Uni Soviet dan bertugas sebagai relawan armada kapal selam. Sementara ibunya, Maria Ivanovna Putina dan saudara-saudara Putin hidup kelaparan saat perang berlangsung. Putin bercerita bagaimana kakak lelakinya terserang difteri dan akhirnya tewas selama masa-masa sulit tersebut. Setelah ayahnya kembali dari tugasnya, Putin dan keluarganya harus tinggal di sebuah apartemen kumuh dan super sempit di Baskov Lane, St. Petersburgh. Saking kumuhnya, Putin mengaku banyak tikus yang bersarang di apartemennya. Putin pun bercerita bagaimana selama masa kecilnya. Ia kerap mengejar tikus-tikus yang berkeliaran dengan menggunakan tongkat. Putin mengaku menjalani masa-masa remajanya dengan menjadi seorang ateis. Kemudian pada 1990-an, Putin mengalami berbagai insiden yang membuatnya kembali ke rumah Tuhan. Putin mengaku, pemicu yang membuatnya menjadi jemaat taat gereja adalah ketika pada masa itu, ia tertimpa musibah berturut-turut, yaitu istrinya terkena musibah kecelakaan. Kemudian rumahnya terkena kebakaran. Setelah 2 kejadian nahas tersebut, Putin lantas mengabdikan dirinya menjadi anggota Gereja Ortodoks Rusia. Putin dikenal amat menyukai novel dengan tema agen rahasia, saat masih bersekolah Putin mendatangi kantor dinas rahasia Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) dan bertanya cara bergabung dengan dinas intelijen itu. Saat itu, para petugas KGB mengatakan kepada Putin agar dia bekerja keras dan belajar ilmu hukum. Dan itulah yang dilakukan Putin saat menimba ilmu di Universitas Negeri Leningrad. Setelah lulus kuliah, Putin akhirnya bergabung dengan KGB dan menghabiskan 17 tahun kariernya sebagai mata-mata di luar negeri. Arus balik karier Putin ditentukan salah satu momen terpenting dalam hidupnya saat dia bertugas di Jerman Timur. Pada 1989, Putin sedang bertugas di Dresden di masa-masa menjelang runtuhnya Tembok Berlin, massa anti-komunis terlihat berkumpul di luar kantor KGB di kota itu. Putin mengingat bahwa dia diperintahkan agar tak melakukan sesuatu tanpa perintah Moskwa. Moskwa memang tak memerintahkan apapun saat itu. “Tak ada perintah apapun dari Moskwa. Saya merasa negara ini sudah tak lagi eksis,” kata Putin seperti ditulis Ben Judah dalam bukunya Fragile Empire: How Rusia Fell In dan Out of Love with Vladimir Putin. “Sangat terasa bahwa Uni Soviet sedang sekarat. Negeri itu sedang menghadapi penyakit mematikan yang tak ada obatnya. Kelumpuhan kekuasaan,” tambah Putin. Judah kemudian menulis, bagi Putin dan generasinya yang bukan berasal dari keluarga intelektual dan meyakini Uni Soviet adalah sebuah kesuksesan tanpa cela, kondisi itu amat menakutkan.

Karier Politik

Selamat dari kekacauan di masa transisi Uni Soviet, pada 1991 Putin mengundurkan diri dari KGB dan pulang ke kampung halamannya Leningran yang sekarang dikenal dengan nama St Petersburg. Di sana, Putin bekerja untuk wali kota pertama yang dipilih secara demokratis, yang juga dosennya semasa kuliah, Anatoly Sobchak. Di masa membantu Sobchak, Putin lebih banyak berada di belakang layar. Namun, Putin disebut sebagai orang yang bisa menyelesaikan masalah dan sosok yang amat diandalkan Sobchak. Putin tak sekadar membantu. Tetapi juga banyak belajar politik praktis dari Sobchak, yang memiliki kecenderungan sebagai pemimpin otoriter. Putin dikenal amat setia kepada Sobchak yang gagal menjabat kedua kalinya dalam pemilihan wali kota pada 1996 setelah kalah dari Vladimir Yakovlev. Yakovlev, di masa Sobchak memimpin adalah wakil wali kota bersama Putin. Saat menang, Yakovlev menawarkan jabatan kepada Putin. Namun, tawaran itu ditolak sang mantan agen KGB. “Saya memilih untuk digantung karena setia. Ketimbang mendapat jabatan karena berkhianat,” ujar Putin kala itu. Pada 1996, Putin dan keluarganya pindah ke Moskwa. Di sana kariernya semakin cemerlang dan menjadi kepala FSB, dinas rahasia pengganti KGB pada 1998. Putin menjadi kepala FSB setelah ditunjuk Boris Yeltsin yang saat itu menjadi presiden Rusia. Yeltsin amat terkesan dengan kisah loyalitas Putin. “Direktur FSB adalah jabatan yang hanya diberikan presiden kepada orang-orang yang paling dia percayai,” demikian ditulis mingguan Newsweek.

Perdana Menteri dan Presiden

Pada Agustus 1999, Yeltsin menunjuk Putin sebagai perdana menteri Rusia, yang merupakan jabatan tertinggi kedua di Negeri Beruang Merah. Lalu, tiba-tiba Yeltsin mengundurkan diri dan menunjut Putin sebagai penjabat presiden tepat di malam tahun baru 1999. Posisi itu kemudian memudahkan Putin memenangkan pemilihan presiden pada Maret 2000. Banyak kalangan yakin Yeltsin mengangkat Putin untuk melindungi dirinya setelah popularitasnya menurun akibat perang melawan Chechnya yang ingin merdeka. Dan benar saja, langkah pertama yang diambil Putin saat menjabat menjadi presdien adalah memaafkan Yeltsin. Putin memberi Yeltsin imunitas dari semua jenis investigasi kriminal dan administratif. Termasuk melindungi semua dokumen, properti, dan milik Yeltsin dari pemeriksaan dan penyitaan. Di masa jabatan pertamanya, Putin fokus pada masalah dalam negeri. Ada 2 hal yang menjadi prioritasnya: perang di Chechnya dan menekan oligarki yang tumbuh subur di masa Yeltsin. Putin memang menduduki kekuasaan di masa yang rumit. Rusia tengah berperang melawan Chechnya yang secara resmi merupakan negeri bawahan Rusia. Selain itu, para pengusaha kaya di masa Yeltsin menunjukkan keinginan kuat untuk memperbesar pengaruh politik mereka. Putin menyadari, jika dibiarkan, maka para pengusaha kaya ini akan menjadi lebih berkuasa ketimbang seorang presiden. Dia pun memaksakan sebuah kesepakatan dengan mereka. “Pada Juli 2000, Putin mengatakan kepada para pengusaha itu bahwa dia tak akan mencampuri bisnis mereka atau menasionalisasi sumber daya negara selama mereka berada di luar politik dan selama tidak menentang presiden,” demikian menurut Dewan Hubungan Luar Negeri Rusia. Bisa menyelesaikan urusan dengan para pengusaha haus kekuasaan, fokus Putin berakhir ke Perang Chechnya II yang semakin mengukuhnya dirinya sebagai “sosok yang tak gentar beraksi”. Pada 2002, sebuah teater di Moskwa diduduki 40 militan Chechnya yang dipimpin Movsar Barayev. Tak ambil pusing, Putin memerintahkan pasukan khusus menyerang. Alhasil, dalam krisis selama 3 hari itu sebanyak 129 dari 912 sandera tewas. Selain menewaskan ratusan sandera, pasukan khusus Rusia juga menewaskan Barayev tepat di hari ulang tahunnya yang ke-23. Ini adalah masa krisis bagi Putin. Banyak yang menduga krisis sandera ini akan menghancurkan popularitas Putin. Namun, ternyata ketegasannya dalam menghadapi penyandera meski memakan banyak korban justru melambungkan popularitasnya. Bahkan saat itu, tingkat penerimaan Putin oleh rakyat Rusia mencapai 83 persen.

Kembali Terpilih

Putin terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya dan masih fokus untuk mengurusi masalah dalam negeri. Meski sukses merebut hati rakyat, Putin menuai kritik karena upayanya memberangus kebebasan pers. Anna Politskovskaya, seorang jurnalis, ditemukan dibunuh di lobi apartemennya pada 2006 tak lama setelah dia menulis dugaan korupsi di tubuh AD Rusia. Di saat yang sama Anna menyampaikan dukungan untuk Chechnya. Anna tewas tepat di hari ulang tahun Putin. Tetapi sang presiden membantah keterkaitannya dalam kematian jurnalis itu. Putin berkata, kematian Anna justru menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang tulisannya di surat kabar. Meski demikian, negara-negara Barat tetap mengkritik Putin yang dianggap gagal melindungi kebebasan pers di Rusia. Beberapa pekan setelah kematian Anna, seorang pembelot FSB ditemukan tewas diracun di London. Hebatnya, semua skandal yang membuatnya dihujani kritik di luar negeri tak menggoyahkan kepercayaan rakyat Rusia kepadanya. Selama 2 periode jabatannya, GDP Rusia meningkat 70 persen dan investasi bertumbuh 125 persen. Saat itu Putin juga diuntungkan dengan tingginya harga minyak bumi yang merupakan salah satu andalan Rusia. Karena sudah 2 kali berturut-turut menjadi presiden, Putin harus “libur” dari tampuk kekuasaannya. Saat itu, Dmitry Medvedev yang memenangkan pemilihan presiden. Sehari setelah dilantik, Medvedev menunjuk Putin sebagai perdana menteri. Lalu, datanglah krisis finansial global yang menghantam perekonomian Rusia. Ekonomi Rusia amat terdampak karena sangat bergantung pada investasi asing. Terutama dari negara-negara Barat. Krisis ini juga menunjukkan betapa tergantungnya perekonomian Rusia dari minyak dan gas serta begitu berpengaruhnya politik terhadap masalah industri Rusia. Di tahun yang sama, Rusia terlibat perang lima hari melawan Georgia terkait masalah Ossetia Selatan dan Abkhazia. Kedua daerah itu sejak 1990-an mencoba memerdekakan diri dari Georgia dan upaya keduanya mendapat dukungan dari Rusia, sebuah langkah yang dikecam Barat. Kini, Ossetia Selatan masih dianggap sebagai wilayah Georgia. Sementara Abkhazia disebut sebagai daerah yang memisahkan diri. Pada 2012, Putin kembali memenangkan pemilihan presiden untuk masa jabatan selama 6 tahun. Pemilihan kali ini diwarnai kontroversi. Karena masa jabatan ketiga banyak dipertanyakan. Sebab dianggap tak sesuai dengan konstitusi. Pengamat menuding adanya kecurangan. Di masa jabatannya kali ini, tepatnya pada 2012, Putin memutuskan untuk menganeksasi Semenanjung Crimea. Langkah ini menjadi sebuah keputusan geopolitik yang rumit sekaligus kontroversial. Sebelum terguling, Presiden Ukraina Viktor Yanukovych mengirim surat kepada Putin. Ia meminta bantuan militer untuk “menegakkan hukum dan ketertiban di Ukraina”. Menurut harian The New York Times, parlemen Rusia memberi wewenang penuh kepada Putin untuk menggunakan militer dalam merespons kisruh politik di Ukraina yang menyingkirkan pemerintah pro-Kremlin yang diganti pemerintah pro-Barat. Pemerintah Ukraina yang baru sudah mengancam akan memerangi Rusia jika negeri itu mengirimkan tentaranya. Namun, Putin bergeming. Pada 2 Maret 2014, Rusia sudah menduduki Crimea. Langkah ini membuat Barat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Yang dibalas Putin dengan mempererat hubungan dengan China. (kmp/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: