Misteri Tiket Penyelamat Demokrasi

Misteri Tiket Penyelamat Demokrasi

Noor Thoha mengingatkan bahwa tahapan mendaftaran diperpanjang, sehingga ia berharap masyarakat menunggu hasil penetapan bakal calon yang sudah dipastikan ikut dalam Pilkada 2020.

"Karena ini masih tahapan pendaftaran, rasanya tidak elok, tidak etis kalau kita dikit-dikit bicara kotak kosong," urainya.

Ia menyebut jika KPU terikat dengan juknis dan aturan. Meski peta politik saat ini menunjukkan gejala kolom kosong. Namun KPU tidak diperkenankan menerka-nerka sampai tahapan penetapan.

"Partai politik koalisi ini diberikan ruang di undang-undang, untuk bisa kompromi lagi. Supaya membentuk koalisi baru supaya bisa mengusung," urainya.

Dua tokoh selain paslon Rahmad Mas'ud dan Thohari Azis, yang digadang-gadang akan maju dalam kontestasi 9 Desember mendatang, yakni Yaser Arafat Syahril, belum berkomentar mengenai situasi politik terkini, dan bagaimana rencananya untuk memanfaatkan waktu perpanjangan masa pendaftaran. Sementara itu, Ahmad Basir, kader Partai NasDem yang didorong untuk maju dalam pilkada 2020, juga belum berkomentar.

"Saya masih di rumah Gubernur," ujarnya, saat dihubungi, kemarin.

Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah mengatakan, fenomena Pilkada calon tunggal disebabkan sejumlah variabel. Tapi tetap saja aksi borong dukungan partai (oleh kepentingan oligarki) yang menempati ranking teratas.

Upaya AYL menuntut kejelasan soal dukungan PAN bukan semata-mata menyelematkan dirinya, namun juga wajah demokrasi di kabupaten itu. (mrf/ryn/yos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: