67 Ribu Anak di Sub-Sahara Afrika Berisiko Mati Kelaparan

67 Ribu Anak di Sub-Sahara Afrika Berisiko Mati Kelaparan

Seorang anak mengalami malnutrisi dirawat di salah satu rumah sakit di Sub-Sahara Afrika. (AFP)

Ankara, nomorsatukaltim.com - Save the Children memperingatkan, diperkirakan 67 ribu anak di kawasan Sub-Sahara Afrika “berisiko mati akibat kelaparan ekstrem” sebelum akhir tahun ini. Di tengah pembatasan COVID-19.

Save the Children melaporkan pada Selasa (1/9), data The Lancet mengindikasikan bahwa rata-rata 426 anak setiap harinya berisiko menghadapi kematian jika tindakan darurat tidak dilakukan di kawasan tersebut.

Menurut laporan itu, kerawanan pangan terjadi akibat dari serentetan guncangan tahun ini di sejumlah bagian benua tersebut. Mulai dari banjir, wabah belalang, harga pangan yang tinggi hingga pengungsian.

“Dampak COVID-19 menambah faktor-faktor ini, melumpuhkan perekonomian dan menghilangkan mata pencaharian. Sehingga membuat layanan kesehatan dan makanan tak tersentuh atau tak tersedia,” kata Save the Children.

“Awal tahun ini diperkirakan bahwa COVID-19 akan memperparah kemiskinan di Sub-Sahara Afrika hingga 23 persen,” katanya.

Lembaga itu juga memperingatkan, sekitar 433 juta orang di seluruh Afrika akan mengalami kekurangan gizi pada 2030.

“Kami telah melihat lebih banyak anak-anak yang mengalami malnutrisi tiba di klinik kami setiap harinya, dan kami menyadari bahwa ini baru permulaan,” kata Direktur Regional Save the Children di Afrika Timur dan Selatan, Ian Vale, dalam laporan tersebut.

“Jika kami menunggu sampai klinik penuh, maka akan sangat terlambat. Krisis pangan akan membunuh puluhan ribu anak-anak jika mereka tidak segera mendapat bantuan kemanusiaan. Kami tidak bisa menunggu,” lanjut Vale.

Pandemi COVID-19 telah merenggut lebih dari 845 ribu korban jiwa di 188 negara dan kawasan sejak kemunculannya di Wuhan, China tengah pada Desember 2019. Amerika Serikat (AS), Brasil, India dan Rusia saat ini menjadi negara paling parah terdampak wabah tersebut.

Sementara itu, lebih dari 25,1 juta orang di seluruh dunia dilaporkan terinfeksi COVID-19. Pasien sembuh mencapai 16,5 juta lebih. Demikian menurut hitungan Universitas Johns Hopkins yang berbasis di AS. (an/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: