Harga Bersahabat, Omzet hingga Rp 90 Juta Per Bulan

"Petak kecil begini udah cukup semuanya. Uangnya diputar terus untuk beli bahan baku, yang awalnya kiloan jadi ton-tonan biji kopi," sambungnya.

Ketika pandemi COVID-19 terjadi di Samarinda. Diakui Indra omzetnya sempat menurun. Paling rendah ia dapat 30 juta perbulan. Hal itu terjadi ketika Samarinda mengalami gelombang kedua COVID-19.

"Justru di awal-awal, dari April sampai Mei itu omzetnya tinggi, karena banyak kedai yang sudah buka di sini," lanjutnya.

Untuk menginformasikan ada varian biji kopi baru di SCS, Indra rutin berkeliling menawarkan ke kedai-kedai di sana. Komunikasi antar pedagang kedai kopi pun dikatakan Indra cukup baik terjalin.

"Kadang keliling, terus ditanyain sama mereka (pemilik kedai) 'ada varian apa yang baru?'. Sambil ngobrol, ngalir aja," terangnya.

Indra sendiri tidak memaksakan pemilik-pemilik kedai kopi di Citra untuk mengambil biji kopi di tempatnya. Karena hal itu tergantung dari selera rasa. Indra juga menyampaikan, tak hanya di Citra, ia pun menyuplai ke beberapa kedai kopi di luar lingkungan tersebut.

Terpisah, salah satu pemilik kedai kopi di Citra Niaga ikut berkomentar. Nur Fitriani yang merupakan pelanggan SCS mengaku rutin memesan biji kopi dengan Indra.

Awal kedainya buka, wanita yang akrab disapa Pipit ini memang belum memesan biji kopi di SCS. "Begitu tahu terus dari rekomendasi teman-teman, katanya kopinya enak. Pilihan bean kopinya juga bagus, sekitar orderan bean ketiga di kedai saya, baru ngambil di sana," ucap pemilik kedai Seutas Coffee ini.

Pelanggan di kedainya pun menyukai varian juga rasa dari biji kopi SCS. Kualitas yang bagus dan harganya murah menjadi perhitungan yang pas menurut Pipit.

"Di roastery luar bisa varian harganya dari 125 ribu sampai 150 ribu, di sini dengan kualitas yang baik dengan harga 110 ribu sudah bisa. Benar-benar mendukung pelaku kedai kopi di sini," pungkas Pipit mengakhiri. (nad/eny)

Sumber: