Hilirisasi Sawit Belum Optimal, Pengusaha Tunggu Infrastruktur dan Kemudahan Ekspor

Hilirisasi Sawit Belum  Optimal, Pengusaha Tunggu Infrastruktur dan Kemudahan Ekspor

/

Samarinda, DiswayKaltim.com - Bagi para pengusaha, hilirisasi industri kelapa sawit di Kaltim bukan lah sebuah pilihan. Melainkan kebutuhan. Hal itu disampaikan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kaltim, Azmal Ridwan.

Ia menyebut, pihaknya mendukung penuh konsep hilirisasi industri sawit di Bumi Etam. Sebagai salah satu upaya transformasi ekonomi Kaltim. "Sawit itu investasi. Kalau sektor lain, seperti pertambangan dan kayu itu kan eksploitasi. Diambil. Kalau sawit ini, kita yang tanam, beri pupuk, rawat, baru panen," katanya kepada Disway Kaltim, melalui sambungan telepon, Senin (17/8).

Selain itu, Azmal menjelaskan prospek komoditas ini cukup besar secara global. Apalagi bagi Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir sawit. Jika Kaltim bisa secara mandiri mengolah sawit sampai ke produk turunan. Tentu akan sangat menguntungkan daerah ini.

Pertama, berbagai kebutuhan pokok sehari-hari banyak berasal dari bahan baku minyak sawit, Crude Palm Oil (CPO). Seperti minyak goreng, margarin, keju, sabun, dan alat kosmetik. Hingga ke produk bahan bakar energi seperti solar dan biodiesel. Jika seluruh kebutuhan tersebut dapat diproduksi Kaltim, maka harga kebutuhan pokok akan lebih terjangkau bagi masyarakat. Karena diproduksi langsung di dalam daerah.

Kedua, Azmal menyebut, hilirisasi industri sawit akan membuka lapangan kerja yang luas. Bukan hanya bagi masyarakat Kaltim. Tapi juga bagi rakyat Indonesia.

"Dampaknya besar. Lapangan kerja terbuka. Dan seluruh kebutuhan manusia dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bisa dipenuhi di Kaltim," ujarnya.

Hanya saja, Azmal menyebut, hingga saat ini realisasi industri hilir komoditas perkebunan ini belum maksimal. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) yang diproyeksi sebagai pusat industri kelapa sawit, sampai saat ini belum bekerja optimal.

Masih banyak pekerjaan rumah (PR) pemerintah daerah untuk mewujudkan transformasi ekonomi di bidang hilirisasi industri sawit. Salah satunya adalah infrastruktur pendukung.

"Hilirisasi itu tempatnya dan fasilitas harus disediakan. Contoh Maloy, walau pun sudah bagus, kalau akses jalan ke sana jelek, orang tidak tertarik juga," keluhnya.

Selain itu, Azmal menyebut, fasilitas pelabuhan di Kaltim belum mendukung untuk ekspor. Keberadaan Kaltim Kariangau Terminal (KKT) dengan fasilitas direct call belum beroperasi maksimal. Sehingga para pengusaha, lebih memilih melakukan ekspor melalui pelabuhan ekspor di Dumai, Riau.

Padahal, sampai saat ini, sawit bisa dianggap menjadi industri yang bisa bertahan dalam kondisi apa pun. Termasuk di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang. Azmal menyebut operasional produksi baik di perkebunan mau pun pabrik tetap berjalan normal.

Ekspor perdagangan komoditas ini, meski sempat mengalami penurunan, kini juga sudah mulai stabil. Bahkan dari laporan GAPKI pusat, pada Juni, terjadi kenaikan ekspor yang cukup signifikan secara nasional. Di antaranya adalah ekspor CPO yang meningkat 31 persen, refined palm oil 10,2 persen, minyak laurik 6 persen dan ekspor biodiesel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: