Kemerdekaan dari Perpektif Buruh Minyak

Kemerdekaan dari Perpektif Buruh Minyak

Mereka akhirnya melakukan peperangan di berbagai penjuru Balikpapan. Terutama di dekat-dekat instalasi minyak dan infrakstruktur vital, seperti jalan dan jembatan. Peperangan ini kemudian meluas sampai ke basis-basis pemerintah kolonial. Yang merupakan sumber-sumber vital minyak dan gas bumi, seperti di Sangasanga dan Tarakan.

Sehingga, kala itu, jelas bahwa peperanganan yang terjadi adalah antara pemerintahan kolonial (KNIL) yang ingin kembali mencengkeramkan kekuasaannya di Kalimantan Timur, berhadapan dengan buruh-buruh minyak.

"Jadi kalau kita lihat, ide kemerdekaan di Balikpapan itu datangnya malah dari kelas pekerja atau kelas buruh. Meskipun ada intelektualnya. Tapi signifikansinya tidak terlalu kuat," tambah pengajar sejarah itu.

Salah satu pembuktiannya, diungkapkan Ryan, lihatlah nasionalisasi asset Pertamina di Balikpapan. Menurutnya yang berperan penting dalam hal itu adalah buruh minyak. Pemerintahan Soekarno memang sudah menjelaskan gagasannya. Tetapi kalangan buruh minyak yang kemudian melakukan konsolidasi. Untuk mendukung dan memperkuat upaya Presiden Pertama RI menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda.

"Jadi kalau kita memaknai kemerdekaan. Sebenarnya, ya, seperti perjuangan-perjuangan di Balikpapan. Yang merdeka berdasarkan konsepsi nasional," tutur Direktur komunitas Timur Lawu.

Bahwa adanya kebebasan, kesetaraan, semangat perubahan dan prinsip keadilan, adalah tujuan perjuangan mereka. Semangat-semangat tersebut yang diperjuangkan pada saat buruh-buruh minyak di Balikpapan melakukan peperangan revolusi, dalam upaya mempertahankan kemerdekaan. Dan melakukan nasionalisasi aset perusahaan minyak milik Belanda, Shell. Yang sekarang dipegang BUMN PT Pertamina. (das/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: