Pupus karena Karamumus

Pupus karena Karamumus

Relokasi pemukiman warga juga berlangsung di sepanjang bantaran Sungai Karang Mumus (SKM). Mulai dilakukan di masa kepemimpinan Wali Kota Samarinda Achmad Amin. Selama dua periode, Achmad Amin berhasil memindahkan pemukiman bantaran SKM dari Muara Mahakam hingga di Jalan Muso Salim.

"Yang saya ingat warga digantikan rumah. Ada yang nyicil kalau tidak salah ya. Itu dipindahkan kawasan Sambutan, Perumahan Handil Kopi," ucapnya.

Kemudian di masa kepemimpinan Syaharie Jaang proses relokasi berlangsung cukup alot. "Saya tidak tahu permasalahannya apa bisa alot. Dan yang saya tahu terakhir, relokasi di bantaran SKM di segmen Pasar Segiri," ujarnya.

Syafruddin menceritakan awal mula adanya pemukiman di bantaran SKM segmen Pasar Segiri. Di era kepemimpinan Kadrie Oening, dahulu kawasan Jalan Pahlawan hingga Dr Soetomo itu adalah hutan dan tidak berpenghuni. Hingga akhirnya, Kadrie Oening bersama warga Samarinda melangsungkan gotong-royong membuat jalan.

"Jalannya itu tembus ke Simpang Lembuswana. Nah, di sana itu memang enggak berpenghuni. Saya dulu sering main sama teman-teman," kenangnya.

Momen gotong-royong itu kemudian diabadikan dalam bentuk Tugu Pertahanan Sipil. Yang dibangun tepat di depan Pasar Segiri. Setelah dibangunnya jalan, Pemkot Samarinda kemudian membangun Pasar Induk Segiri. Saat itu antara kompleks Pasar Segiri dengan bibir SKM berjarak. Tak ada warga yang bermukim.

"Saya tidak tahu pasti, setelah itu di sana ada pemukiman sampai sekarang ini direlokasi Pemkot Samarinda," katanya.

Tumbuh kembangnya pembangunan Kota Tepian mulai dari era kepemimpinan Kadrie Oening hingga dimasa Syaharie Jaang sangatlah jauh berbeda.

"Kemudian Pak Waris Husein optimis menjadikan Samarinda sebagai kota metropolitan. Dan itu mulai nampak terlihat dengan jumlah penduduk saat ini. Dari yang dulu hanya puluhan ribu. Sekarang hampir satu juta penduduk yang bermukim di Samarinda," kata Syarifuddin.  (yos/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: