MOMOK SKRIPSI

MOMOK SKRIPSI

Peristiwa itu direspons banyak pihak. Mahasiswa yang diduga mengakhiri hidupnya gara-gara kesulitan mengerjakan tugas akhir (TA). Tapi, skripsi bukan untuk dihindari. Faktanya banyak juga yang sukses menjalaninya. Disway Kaltim mencoba mewawancarai beberapa mahasiswa. Apakah benar skripsi menjadi momok? 

--------------------

UNIVERSITAS Mulawarman (Unmul) sempat gempar. Saat insiden bunuh diri oleh salah satu mahasiswanya pada Sabtu (11/7), lalu. Salah satu penyebabnya, diduga karena permasalahan skripsi. Berdasarkan keterangan dari kakak angkat korban. Ia mengaku, sering mendengar keluhan masalah skripsi dari adiknya itu.

Skripsi memang menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Tak jarang, skripsi yang menguras tenaga dan pikiran ini membuat stres. Apalagi, jika sudah mendekati masa akhir. Alias drop out (D.O).

Nona Fadilla, mahasiswi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi (FTIK) Unmul mengaku, dalam mengerjakan skripsi tak jarang mahasiswa menemukan titik jenuh. Wajar jika memicu stres. Apa lagi ditambah kondisi saat ini.

"Sebenarnya skripsi sendiri itu tidak sulit, karena itu adalah pilihan yang dikembalikan ke pribadi mahasiswa masing-masing.  Jika pun ada kesulitan, biasanya terletak pada komitmen saat mengerjakan dan faktor eksternal," ungkap mahasiswi semester 9 ini, kepada Disway Kaltim, Senin (20/7).

Faktor dari luar, kata dia, biasanya berasal dari tempat penelitian. Dan pengaturan jadwal untuk konsultasi dengan dosen pembimbing (dospem) yang terkadang sulit. Walau pun ia memaklumi. Kesibukan dosen sebagai insan akademisi yang produktif.

Nona, saat ini sedang dalam proses penelitian skripsi. Untuk bisa lulus, ia harus melakukan tiga kali sidang skripsi. Yakni seminar proposal, hasil, dan pendadaran. Kini, ia sedang mempersiapkan diri menuju seminar hasil. Dan target lulus pada akhir tahun mendatang.

Kesulitan yang ia alami, lebih kepada konteks penelitian. Ia mengangkat penelitian tentang Sistem Monitoring Banjir di Samarinda Berbasis Internet of Thing (IOT). Dimana penelitian dibidang IOT masih lumayan langka. Sehingga, Nona sering mengaku stuck dan kesulitan untuk mencari metode yang sesuai.

"Jadi, saya harus beberapa kali memecah variabel penelitian saya," keluhnya.

Sementara, terkait konsultasi dengan dosen pembimbing, ia mengaku tak menemui kendala. Dosen pembimbing skripsinya ia sebut sangat fast respons dan selalu mengarahkan. Apalagi, di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang, konsultasi skripsi dilakukan secara daring.

Kunci menyelesaikan skripsi menurut dia adalah dengan menjaga komitmen dalam pengerjaannya. Ia pun berpesan kepada sesama mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang menyelesaikan skripsi. Untuk menjaga stamina dan kondisi mental agar tidak mudah stres.

"Dan kalau perlu tak hanya untuk mahasiswa. Kampus harapannya juga bisa menyediakan jasa konseling," harapnya.

Terpisah, Suhanto mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) mengatakan, pengerjaan skripsi tergantung pada kegigihan. Dan manajemen waktu dari mahasiswa itu sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: