Petani Mau Dukung Asal Untung
Adapun untuk GKG di penggilingan sebesar Rp 4.600 per kg dan di gudang Bulog Rp 4.650 per kg. Sementara harga beras di Bulog dihargai Rp 7.300 per kg.
Selain itu, harga ini dipengaruhi kualitas gabah. Jika dilihat banyak gabah hampa, otomatis harga akan rendah. Tidak sesuai standar. "Bagaimana mau hasilnya bagus, kalau faktor pendukungnya tidak maksimal. Airnya. Pupuknya dan lain-lainnya," tegas Sutardi.
Pun, perubahan harga ini masih belum terealisasi pada Maret lalu. Ia berharap harga ini sudah digunakan untuk masa panen di akhir Juli nanti. "Ya semoga saja," tandasnya.
KUALITAS PENGGILINGAN
Yang terakhir ialah soal Rice Milling Unit (RMU). Mesin penggilingan. Menurutnya, penggilingan yang ada di PPU masih belum sesuai standar. Itu yang menyebabkan beras petani tidak mendapatkan harga bagus.
Padahal, ia meyakini beras Babulu tak kalah dengan beras asal Sulawesi dan Jawa. Beras itu yang biasa dibeli masyarakat. Jika beras tidak lagi utuh, bulirnya patah, harga beli jelas rendah. Tidak masuk klasifikasi beras premium. Lebih banyak yang patah, turun jadi kelas medium bahkan konsumsi.
Akhirnya, rata-rata gabah hasil panen petani tak sedikit yang menghasilkan menir. “Nah, menir saja di sini dihargai Rp 2.000 saja. Jelas tidak untung,” sebutnya.
Sutardi mengungkapkan, pengaruh besar hal ini terjadi pada proses pengupasan. "Ibaratnya, penggilingan yang ada di sini dikupas dengan paksa. Beda dengan RMU yang ada di selatan (Banjarmasin), di sana sudah standar industri. Jadi hasilnya bagus. Menirnya hanya kira-kira 10 persen," urainya.
Itulah kenapa para pedagang di Banjarmasin berani membeli hingga ke PPU. Mereka bisa jual harga lebih bagus. Karena kualitas penggilingan padi di Kalsel sudah sesuai standar.
Rahmad, petani padi asal Desa Sumber Dari, Kecamatan Babulu menambahkan. Benar hasil gabah Babulu banyak terjual ke pengusaha luar daerah. Dari sudut pandang petani gaya sederhana. "Kami jelas cari harga yang paling bagus," sebut Rahmad.
Makanya tak jarang beras Babulu yang dibeli pengusaha asal luar daerah, kembali lagi ke PPU dengan harga yang lebih baik. Jika dibanding beras hasil penggilingan lokal. "Padahal beras Babulu. Tapi kalau datang dari Banjar, harganya bisa Rp 9.000," imbuhnya.
TIPIS UNTUNG
Sutardi menguraikan, biaya kebutuhan petani dari persiapan lahan, tanam hingga panen sampai menjadi beras berkisar Rp 11 juta - Rp 13 juta per hektarenya. "Satu hektar mungkin hanya untung Rp 2 juta. Itu juga kalau hasil panennya bagus," katanya.
Kebutuhan untuk persiapan awal. Penyemprotan. Lalu penggarapan lahan menggunakan traktor atau hand tractor. Kemudian pengapuran untuk mengurangi keasaman tanah.
Selanjutnya benih. Biasanya masih ada bantuan benih dari pemerintah. Gratis. Namun yang tidak memperoleh harus beli sekira Rp 5.000 rupiah per kg. Kebutuhan per hektare sekira 30-100 kg. Tergantung cara tanam. Tebar atau semai. Ada lagi kebutuhan pestisida dalam perawatan. Bergantung hama dan penyakit yang dihadapi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: