Bankaltimtara

Ujian Semester Semakin Dekat, Wali Murid Khawatir Dampak Mogok Guru di Kutai Barat

Ujian Semester Semakin Dekat, Wali Murid Khawatir Dampak Mogok Guru di Kutai Barat

Spanduk yang dipasang para guru di depan sekolah saat mereka mogok mengajar.-Eventius/Nomorsatukaltim-

KUTAI BARAT, NOMORSATUKALTIM – Aksi mogok kerja guru yang berlangsung di Kabupaten Kutai Barat mulai dari tingkat SD hingga SMP menimbulkan keresahan di kalangan orang tua atau wali murid.

Mereka khawatir anak-anak akan menjadi korban paling dirugikan, terutama menjelang ulangan semester ganjil yang akan digelar pada Desember mendatang.

Maria, salah satu orangtua murid di Kecamatan Barong Tongkok, mengaku sedih melihat situasi pendidikan saat ini.

Menurutnya, anak-anak sudah kehilangan waktu belajar sejak para guru menghentikan aktivitas mengajar.

BACA JUGA: Aksi Mogok Guru di Kubar Meluas, 90 Sekolah Ikut Berhenti Mengajar

BACA JUGA: Guru SMPN 1 Barong Tongkok Mogok Mengajar 3 Hari, Penyebabnya ternyata Karena Hal Ini

“Sedih sih, karena kan bentar lagi nih anak-anak mau ujian, ulangan semester ganjil. Kalau para gurunya nggak ngajar dari kemarin sampai batas waktu yang tidak ditentukan, terus gimana anak-anak? Pelajaran secara online juga nggak ada dikasih, terus gimana mereka nanti ketika ulangan?” ujar Maria saat ditemui, Kamis 18 September 2025.

Ia menekankan, meski Desember masih sekitar 3 bulan lagi, namun waktu belajar anak-anak di sekolah semakin berkurang drastis.

Dengan mogok mengajar yang berlangsung sejak pertengahan September, siswa hanya memiliki waktu 2 bulan efektif untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian semester.

“Kan bentar ini sudah bulan 10 ya, berarti 11, 12, cuma 3 bulan saja waktu belajar. Desember sudah ulangan semester ganjil. Kalau kayak gini terus, kasihan anak-anak,” tambahnya.

BACA JUGA: Penempatan Guru di Mahulu Belum Merata, Ketua DPRD: Miris! Banyak Tenaga Pendidik yang Hanya Lulusan SMA

BACA JUGA: Sekolah di Perbatasan Mahulu: Guru dan Fasilitas Kurang, Listrik hingga Foto Presiden Belum Ada

Maria menilai kondisi ini semakin berat dialami siswa SMP, khususnya kelas VIII dan IX. Ia khawatir anak-anak kelas IX akan kehilangan kesiapan akademik menjelang ujian kelulusan tahun depan.

Di sisi lain, Maria juga menyampaikan bahwa tuntutan guru terhadap pemerintah daerah adalah hal yang wajar.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: