Bankaltimtara

Peringati HUT RI, Warga Samarinda Ini Pilih Aksi Diam Selama 80 Menit di Tempat Bersejarah

 Peringati HUT RI, Warga Samarinda Ini Pilih Aksi Diam Selama 80 Menit di Tempat Bersejarah

Aksi diam selama 80 menit yang dilakukan Rusdianto bersama sejarawan Muhammad Sarip di Gedung Nasional, Samarinda, Minggu (17/8/2025).-istimewa-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Biasanya peringatan HUT RI dihiasi dengan berbagai lomba meriah, atau aksi di jalan menyuarakan aspirasi. Namun bagi sejumlah warga, hal demikian tidak berlaku.

Contohnya aksi diam selama 80 menit yang dilakukan beberapa warga di Tugu Kebangunan Nasional, depan Gedung Nasional Jalan Panglima Batur, Samarinda, Minggu (17/8/2025) pukul 11.00 Wita. 

Aksi ini diprakarsai oleh founder Sumbu Tengah, Rusdianto, dan diikuti sejumlah orang, di antaranya sejarawan Muhammad Sarip.

BACA JUGA:9.611 Narapidana di Kaltim Terima Remisi HUT RI Ke-80

Menurut Rusdi, aksi hening dipilih sebagai bentuk perlawanan simbolik atas kondisi bangsa yang dinilai belum sepenuhnya menepati janji kemerdekaan.

Baginya setelah melewati beragam euforia seperti kemerdekaan, reformasi, hingga era demokrasi, rakyat masih dihadapkan pada kesenjangan, ketidakadilan, dan kehidupan yang kian terhimpit.

"Suara rakyat kerap hilang ditelan riuhnya kepentingan politik," kata Rusdi usai aksi.

BACA JUGA:Hujan Tak Surutkan Pelaksanaan Upacara HUT RI kKe-80 di Bontang

Dijelaskan Rusdi, masyarakat sudah kerap berbicara, berteriak hingga turun ke jalan, demi menyuarakan aspirasi, dan menuntut adanya perubahan.

"Namun berkali-kali, yang kita saksikan justru sebaliknya. Semakin banyak kursi untuk orang dekat menjadi pejabat, sementara rakyat berjejal bertaruh nyawa demi sedikit lapangan kerja."

"Kita menyaksikan mereka tersenyum lebar, saling bercanda, dan menebar tawa di acara-acara kenegaraan, seakan-akan kehidupan rakyat di bawah sana tak sedang dicekik kesulitan," ungkap Rusdi.

Lebih ironis lagi, lanjut Rusdi, di momen kemerdekaan ini, rakyat  ditenggelamkan dalam perayaan yang kehilangan makna.

"Lomba-Lomba receh yang tak lagi mengingatkan pada perjuangan, melainkan penuh pembodohan."

BACA JUGA:Pawai Obor Meriahkan HUT RI ke-80 di Melak, Nyala Api Hangatkan Kebersamaan Warga

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: