Militer Israel Perluas Serangan di Gaza, Jurnalis Al Jazeera Tewas
Warga Palestina di antara reruntuhan bangunan akibat serangan di jalur Gaza.-IST/Antara-
YERUSALEM, NOMORSATUKALTIM - Militer Israel melakukan serangan yang lebih luas dari pengumuman awal di Gaza. Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, pada Minggu 10 Agustus 2025 menegaskan, bahwa Israel “tidak punya pilihan selain menyelesaikan pekerjaan dan mengalahkan Hamas.”
Netanyahu menyampaikan, bahwa Kabinet Keamanan pekan lalu memberi perintah tegas untuk membongkar benteng pertahanan Hamas.
Tidak hanya di Kota Gaza, tetapi juga di "kamp pusat" dan wilayah Muwasi, yang menurut sumber terpercaya adalah bagian dari operasi militer Israel.
Menurut data PBB, di kamp itu menampung lebih dari 500.000 orang, tidak termasuk dalam pengumuman Israel pada Jumat lalu.
BACA JUGA: Rencana Israel Duduki Gaza Memicu Reaksi PBB, Berbagai Negara Turut Mengutuk Keras
Penyebab serangan ke wilayah itu belum jelas, namun Netanyahu mengakui akan ada "zona aman," meski area tersebut sudah pernah dibom sebelumnya.
Dilansir Al Jazeera, Kota Gaza kembali mengalami serangan udara besar-besaran pada Minggu malam. Penyiar Al Jazeera juga melaporkan kematian koresponden mereka, Anas al-Sharif, akibat serangan tersebut.
Direktur Rumah Sakit Shifa, Rami Mohanna menjelaskan bahwa serangan tersebut mengenai tenda jurnalis Al Jazeera di luar tembok rumah sakit. Selain al-Sharif, tiga jurnalis lain dan seorang pengemudi juga tewas.
Terkait hal itu, militer Israel membantah al-Sharif sebagai jurnalis dan menuduhnya sebagai anggota Hamas, tuduhan yang selalu dibantah oleh al-Sharif.
BACA JUGA: Macron Desak Israel Buka Akses Gaza, Anggota DPR AS Minta Trumph Akhiri Perang
Komite Perlindungan Jurnalis sempat menyatakan keprihatinan atas keselamatannya dan menilai al-Sharif menjadi sasaran kampanye hitam dari militer Israel.
Sementara itu, pada Minggu malam, kantor PM Israel mengumumkan, bahwa Netanyahu telah berbicara dengan Presiden AS Donald Trump mengenai rencana militer tersebut. Netanyahu juga berterima kasih atas dukungan kuat dari Trump.
Sedangkan terkait tuduhan kelaparan di Gaza, Netanyahu menegaskan tidak ada kebijakan kelaparan, hanya kekurangan bahan kebutuhan pokok. Ia menambahkan, Israel ingin menambah titik distribusi bantuan di Gaza.
Selain itu, Netanyahu memerintahkan militer untuk membuka akses bagi lebih banyak jurnalis asing ke Gaza, sebuah langkah yang mengejutkan karena selama ini media luar hanya diperbolehkan berada di luar pangkalan militer.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
