Biduk-Biduk dan Kisah Putri Suluk, Runtuhnya Kerajaan Kayu

Senin 15-06-2020,21:12 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Sektor pariwisata. Ini satu sektor yang dipersiapkan pemerintah pada masa normal baru. Memicu kembali detak jantung perekonomian bangsa. Kalimantan Timur (Kaltim) juga menyimpan potensi alam tersembunyi. Lengkap dengan rentetan cerita rakyat yang melegenda.

Oleh: Darul Asmawan, Berau

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama menyebut Indonesia kehilangan 4 juta wisatawan asing selama pandemi. Karena itu, lokasi wisata strategis mulai dipersiapkan pada era kenormalan baru ini. Diharapkan, sektor ini bisa mendorong kembali bergairahnya sektor perekonomian. 

Kaltimantan Timur (Kaltim) juga memiliki banyak lokasi wisata yang tak kalah menariknya.  Contohnya di Kabupaten Berau. Dikenal memiliki potensi pariwisata. Menjadi tujuan berlibur banyak wisatawan lokal maupun turis mancanegara.

Salah satu wilayahnya yang memiliki prospek wisata yang sedang berkembang ialah Biduk-Biduk. Kawasan ini berada di kecamatan paling ujung selatan Berau. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Timur. Secara geografis, letaknya persis di pangkal Semenanjung Mangkalihat. Berada di ujung timur Pulau Kalimantan.

Wilayah daratannya terbentuk dari gugusan bebatuan karst (batu kapur). Permukiman warga berjejer memanjang mengikuti garis pantai. Dihiasi ribuan pohon kelapa setinggi rata-rata 30 meter. Diperkirakan berumur ratusan tahun.

Pohon kelapa tersebut berbaris rapi sepanjang pesisir pantai. Pasirnya berwarna putih. Keindahan bawah lautnya jernih dengan terumbu karang alami. Bisa menjadi daya tarik para pelancong. Kekayaan sumber daya maritim dan keindahan wisata alam itulah, yang membawa Biduk-Biduk dikenal banyak orang. Sebagai tujuan wisata.

Tidak hanya itu. Biduk-Biduk ternyata menyimpan sejarah peradaban yang panjang. Hasil perkawinan silang seorang saudagar Bugis dari Sulawesi Selatan dengan seorang perempuan dari suku Suluk, Kerajaan Sulu di Filipina, yang melarikan diri.

Abdul Milla (50)—warga setempat, ketika ditemui Disway Kaltim, mengaku masih memiliki garis keturunan Mahmude dan Putri Baggol. Siapa mereka? Mahmude adalah saudagar Bugis dari Sulawesi Selatan. Sementara Putri Baggol adalah putri pelarian dari Kerajaan Sulu. Yang pada saat itu berkedudukan di Semenanjung Sampoerna. Dekat Tawau, Malaysia.

Keduanya menikah pada medio 1900an. Kawasan pesisir Biduk-Biduk dihuni oleh pasangan itu.

Abdul Milla. Pria berperawakan tinggi besar. Memiliki jambang tipis dengan janggut sepanjang 10 centimeter. Masih memiliki garis keturunan Mahmude dan Putri Baggol. Ia merupakan generasi ketiga pasangan tersebut.

Putri Baggol saat itu dikisahkan meninggalkan kerajaan karena hendak dipersunting. Namun dia tidak menginginkan rencana itu. Hingga melarikan diri. "Menumpang pada kapal nelayan," kata Abdul Milla.

Putri Baggol bukanlah nama sebenarnya. Nama itu hanya sebutan yang diketahuinya dari cerita orang tuanya secara turun-temurun.

Pelarian Putri Baggol kemudian berhenti di sebuah pulau yang berada tidak jauh dari wilayah Kecamatan Biduk-Biduk sekarang. Kini pulau itu disebut Pulau Kaniungan. Letak persisnya di sisi ujung Tanjung Mangkalihat.

Di pulau itu, Putri Baggol bertemu Mahmude. Mereka menikah dan melahirkan banyak keturunan. Abdul Milla tidak mengetahui semuanya. Yang ia ingat ada enam. Yaitu Dundung, Aminin, Arifin, Jawi, Kalla dan Asikin. Ia sendiri adalah cucu dari Jawi dari anak perempuannya, Fatimah.

Tags :
Kategori :

Terkait