“Itu juga jadi tantangan. Tidak semua orang bisa buat motif. Sedangkan motif itu bagian yang paling penting. Jadi regenerasi harus jalan,” jelasnya.
Erik berharap pemerintah daerah maupun pusat bisa memperhatikan persoalan ini secara serius, terutama dalam hal dukungan budidaya tanaman doyo.
Ia menegaskan, bahwa keberlanjutan tradisi tenun doyo akan terancam jika bahan baku tidak dijaga sejak sekarang.
Bukan hanya tenun doyo yang menjadi sorotan, tetapi juga alat musik tradisional jerupai, suling khas Dayak Benuaq.
BACA JUGA: Sulam Tumpar hingga Ulap Doyo, Dekranasda Kutai Barat Curi Perhatian di Kaltim Fair 2025
Erik mengungkapkan, bahwa alat musik ini berada pada kondisi kritis karena kini hanya ada satu orang pengrajin yang mampu membuatnya di Tanjung Isuy.
“Saya cari informasi, dan ternyata hanya satu orang yang masih bisa membuat jerupai. Bayangkan, kalau orang itu nanti tidak ada, jerupai bisa hilang selamanya. Ini alarm bagi kita. Kebudayaan tidak boleh bertahan karena kebetulan ada satu orang ahli. Harus ada regenerasi,” tegasnya.
Ia berharap dokumentasi budaya dan program pelatihan bisa menjadi bagian dari aktivasi Desa Budaya sehingga jerupai dan kesenian tradisional lainnya tidak tenggelam di tengah kemajuan zaman.
Pembukaan Pesta Sua Doyo berlangsung sedikit berbeda karena adanya penyesuaian protokol penyambutan tamu.
BACA JUGA: Festival Tingkiland 2025 Hipnotis Penonton, Musisi Nasional dan Lokal Saling Berpadu
Erik menjelaskan bahwa hari pertama dilakukan penyambutan awal untuk perwakilan Kementerian Kebudayaan serta rombongan provinsi, sementara penyambutan resmi bersama Dirjen akan dilaksanakan pada 25 November 2025.
“Hari ini memang seperti pembukaan dua kali karena ada perubahan jadwal tamu dari pusat dan provinsi. Besok, Dirjen akan hadir untuk penetapan resmi Tanjung Isuy sebagai Desa Budaya. Jadi kita sesuaikan,” ujar Erik.
Erik menegaskan bahwa Pesta Sua Doyo bukan agenda seremonial, melainkan sarana untuk menghidupkan kembali tradisi dan memberi ruang bagi generasi muda agar terlibat dalam pelestarian budaya.
“Mempertahankan budaya jauh lebih sulit daripada memulai. Tapi kalau kita semua terlibat, saya yakin bisa,” katanya.
BACA JUGA: Maratua Music Festival 2025 Sukses Guncang Pulau Maratua
Ia berharap agar Pesta Sua Doyo dijadikan agenda rutin tahunan. “Kami ingin ini tidak berhenti di 2025. Program ini harus berlanjut, karena Tanjung Isuy punya potensi budaya yang sangat kaya,” ujar Erik.