Heni menjelaskan, saat ini program Kopdes Merah Putih di Kaltim sudah memasuki fase kedua, yakni tahap operasional usaha. Pada tahap pertama, koperasi telah terbentuk di seluruh 10 kabupaten/kota di Kaltim. Selanjutnya, masing-masing koperasi mulai menjalankan enam jenis usaha mandatori.
BACA JUGA: Bupati Berau Tegaskan Koperasi Merah Putih Jadi Motor Kemandirian Desa dan Ekonomi Lokal
BACA JUGA: Koperasi Merah Putih di Balikpapan Jajaki Kemitraan dengan BUMN
"Fase pertama sudah 100 persen terbentuk. Sekarang masuk fase kedua, yaitu operasional usaha. Ada enam jenis usaha mandatori yang dijalankan koperasi, antara lain pangkalan LPG 3 kilogram, distributor pupuk, sembako, pergudangan, cold storage, dan logistik," jelasnya.
Namun, Heni menegaskan bahwa di luar 6 usaha tersebut, koperasi tetap diberi ruang untuk mengembangkan usaha sesuai potensi lokal, misalnya di bidang pertanian, peternakan, atau perdagangan hasil bumi. Dengan begitu, koperasi diharapkan bisa tumbuh menjadi motor ekonomi desa yang mandiri dan produktif.
"Setiap daerah punya potensi berbeda. Ada yang punya petani sayur, ada yang peternak. Jadi koperasi bisa ikut memasarkan hasil-hasil itu atau menyediakan kebutuhan produksinya. Ini bagian dari inovasi dan kemandirian koperasi," tambah Heni.
Lebih lanjut, Heni menuturkan bahwa pengalaman masa lalu membuat sebagian pengurus koperasi kini lebih hati-hati untuk menjalankan usaha simpan pinjam. Karena itu, fokus utama saat ini adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui kemitraan dengan BUMN, bukan sekadar menyalurkan pinjaman dana.
BACA JUGA: Ada Risiko Penyertaan Modal Koperasi Merah Putih, DPRD Kubar Nilai Kades Perlu Perlindungan Hukum
"Pertamina hadir untuk mendukung masyarakat melalui koperasi. Kami di daerah tentu menyambut baik kolaborasi ini karena manfaatnya langsung dirasakan warga," ujarnya.