Edukasi dinilai tidak hanya bermanfaat untuk mencegah penipuan, tetapi juga agar masyarakat bisa memaksimalkan manfaat pembayaran non-tunai, mulai dari kemudahan transaksi hingga transparansi penerimaan pajak dan retribusi.
Robi mencontohkan, salah satu sektor yang dapat dioptimalkan dengan digitalisasi adalah retribusi parkir.
Melalui sistem pembayaran QRIS, penerimaan dapat tercatat secara otomatis, lebih akuntabel, dan berkontribusi langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dari sisi pertumbuhan, penggunaan QRIS di wilayah kerja BI Balikpapan (Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Paser) menunjukkan perkembangan yang signifikan sepanjang 2025.
Pada triwulan pertama, tercatat 10,44 juta transaksi atau 34,7 persen dari target tahunan sebesar 30,11 juta transaksi.
BACA JUGA: Pemilik Istana Hijab Akui QRIS BRI Permudah Transaksi
Jumlah merchant yang telah menggunakan QRIS saat itu mencapai 239.784 atau 96,7 persen dari target 247.876 merchant. Sementara itu, jumlah pengguna QRIS terdaftar mencapai 805.618 orang, dengan hampir setengahnya berasal dari wilayah kerja BI Balikpapan.
Tren ini terus meningkat. Hingga akhir Juli 2025, jumlah transaksi telah menembus 33,1 juta kali atau 109,96 persen dari target tahunan. Pada periode yang sama, jumlah merchant mencapai 251.654, sedangkan jumlah pengguna terdaftar meningkat menjadi 819.281 orang.
Dengan capaian tersebut, Balikpapan menjadi salah satu wilayah dengan pertumbuhan QRIS paling cepat di Kalimantan Timur. Namun, Robi mengingatkan bahwa pertumbuhan pesat ini harus diiringi kewaspadaan.
"Pertumbuhan ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap QRIS. Namun, seiring dengan meningkatnya transaksi digital, kewaspadaan juga harus ditingkatkan agar manfaatnya semakin besar bagi masyarakat maupun perekonomian daerah," pungkasnya. (*)