Kenaikan ini terjadi meskipun jumlah batang rokok yang dikonsumsi per kapita menurun. Artinya, faktor harga menjadi pemicu utama tingginya proporsi belanja rokok.
BACA JUGA:Kutim Satukan 4 Sistem Pengadaan, Bisa Dipantau Real Time dari Satu Aplikasi 'SiCepat'
BACA JUGA:Pemekaran Kabupaten Sangkulirang Masuki Tahap Finalisasi, Siap Masuk Paripurna DPRD
Kondisi ini sekaligus menggambarkan dilema sosial-ekonomi di Kutim.
Masyarakat miskin tetap menjadikan rokok sebagai prioritas, bahkan di atas kebutuhan pangan pokok.
Fenomena tersebut menegaskan bahwa persoalan kemiskinan tidak otomatis membatasi konsumsi rokok, melainkan justru membuatnya tetap bertahan sebagai kebutuhan yang sulit ditinggalkan.