Oleh: Devi Alamsyah*
MENGENANG Yaser Arafat Syahril jadi teringat dua kata ini. Pengucapannya beda, tapi maknanya sama. "Saudara" dan "Bradeerr"-- serapan kata dari Bahas Inggris. Dua kata itu rasa-rasanya paling sering almarhum sampaikan. Ketika menyapa dan bahkan terselip rutin dalam berbagai percakapan. Kadang juga ia menyapa dengan kata "Bro"...
Ya, enggak ada yang aneh dengan kata-kata itu. Itu sapaan biasa yang kerap digunakan dalam pergaulan terutama kaula muda saat ini. Tapi kenapa dua kata itu teringat kuat dan tersemat kepada Yaser Arafat. Mungkin saking seringnya diucapkan.
Saya sependapat dengan Ahmad Syamsir Awal, wartawan Disway Kaltim dalam catatannya di nomorsatukaltim.com Rabu kemarin, yang menuliskan bahwa Yaser adalah sosok yang tidak hanya muda, tapi ramah, terbuka dan enak diajak ngobrol.
Bahkan dalam sesi jumpa pers sekali pun. Yaser adalah sosok yang humble tapi berpengetahuan.
Dulu sekali, saya mulai mengenal nama Yaser Arafat itu sekitar tahun 2006-2007. Sepanjang ingatan saya di tahun-tahun itu lah. Ketika itu saya masih di Kaltim Post menjalankan Program Gerebek Sahur.
Kita membuat tulisan suasana para tokoh di Balikpapan saat sahur. Menunya apa. Kebiasaannya bagaimana. Secara bergiliran. Ada list yang masuk kategori dalam program itu.
Salah satu yang masuk list adalah sang ayah; Syahril HM Taher. Seingat saya, saat itu masih jadi anggota dewan di Balikpapan. Dan saya yang kebagian wawancara gerebek sahur di rumah Syahril di kawasan Kampung Baru.
Seingat saya, waktu itu datang bersama Abdul Rasyid, yang sekarang sukses menjadi Kepala Desa Batuah, Kukar. Dan wartawan senior Balikpapan Pos; Abi Hasan.
Saya sengaja mengajak Abi Hasan, karena saya anggap yang kemungkinan paling akrab dengan Syahril. Abi Hasan adalah wartawan olahraga yang populer dan Syahril kita tahu sebagai Ketua Persiba Balikpapan.
Sebetulnya ada satu lagi tim, yakni Raden Nugroho Dharis Saputro atau yang akrab disapa Aris Darmawan. Tapi saat giliran gerebek ke rumah Syahril, seingat saya Aris berhalangan hadir.
Sepanjang percakapan selama sahur bareng itu, Syahril selalu menyebutkan nama Yaser Arafat. Saya belum kenal dan belum pernah ketemu. Yaser pun tidak ada ketika sahur itu.
Hanya Syahril dan istri Hj Fitriani yang menemani. Hj Fitriani juga sempat menjadi anggota parlemen Balikpapan.
Tercermin kebanggaan seorang Syahril kepada sang anak yang ketika itu masih studi di Timur Tengah. Berkali-kali disebutkan namanya.
Saya mengingat-ngingat percakapannya. Kira-kira kalimatnya begini: "Meskipun kita begini, tapi anak saya Saleh," kata Syahril, dulu itu.