SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai Indonesia memiliki posisi strategis dalam peta ekonomi global, khususnya dalam hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyusul perkembangan negosiasi tarif resiprokal antara Indonesia dan AS yang kini tengah berlangsung.
Menurut Anindya, hubungan dagang kedua negara menunjukkan tren yang positif.
Saat ini, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan AS sebesar 18 miliar dolar AS.
BACA JUGA : Petani Milenial Jadi Ujung Tombak Swasembada Pangan di Kaltim, Target Rp25 Juta per Bulan
Namun demikian, ia menyebut ada peluang besar untuk menyeimbangkan neraca perdagangan tersebut melalui peningkatan impor energi dari AS dalam bentuk minyak mentah, gas alam, dan produk turunannya yang diperkirakan dapat mencapai 40 miliar dolar AS.
“Amerika menunjukkan minat untuk meningkatkan ekspor ke Indonesia, khususnya pada komoditas pertanian dan pangan seperti kedelai, kapas, daging, serta produk olahan susu,” ujar Anindya, dikutip dari Disway.id, Minggu (11/5/2025).
Ia optimistis nilai total perdagangan bilateral Indonesia-AS yang saat ini berada di kisaran 40 miliar dolar AS bisa meningkat dua kali lipat menjadi 80 miliar dolar AS dalam dua tahun ke depan.
Bahkan, dalam empat tahun mendatang nilai tersebut berpotensi mencapai 120 miliar dolar AS, angka yang setara dengan nilai perdagangan Indonesia dengan Tiongkok.
BACA JUGA : Sembunyikan 3,2 Kg Sabu di Dalam Perut Ikan Bandeng, Petani Asal Pinrang Ditangkap di Tarakan
Selain nilai perdagangan, Anindya juga menyoroti faktor daya saing Indonesia yang kuat karena memiliki cadangan mineral strategis seperti nikel, tembaga, dan bauksit.
Komoditas ini kini menjadi fokus utama banyak negara dalam pengembangan teknologi energi baru dan terbarukan, termasuk baterai kendaraan listrik (EV).
“Mineral kritis ini menjadi aset penting yang menjadikan Indonesia sangat diperhitungkan dalam rantai pasok global,” jelasnya.
Hal ini tentu menarik bagi mitra dagang seperti Amerika Serikat, baik dalam bentuk perdagangan maupun investasi, terutama di sektor hulu industri energi dan manufaktur berbasis sumber daya,” sambungnya.
BACA JUGA : Lima Sekolah Rakyat Dibangun di Kaltim Tahun Ini, Kelayakan Bangunan Ditentukan Kementerian PU
Ia menambahkan bahwa kawasan-kawasan industri baru seperti Danantara telah menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menyambut investasi berskala besar.
Meskipun ekonomi global tengah menghadapi tekanan akibat ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi di sejumlah negara, Anindya menyebut Indonesia tetap memiliki fundamental ekonomi yang kuat dan stabil.
“Secara makro kita masih sanggup menghadapi headwind global. Kita punya pasar domestik yang besar, kekayaan sumber daya alam, dan posisi geografis yang strategis,” ujarnya.
Dalam konteks hubungan dagang dengan AS, Kadin juga menekankan perlunya keseimbangan tidak hanya dari sisi volume, tetapi juga dari kualitas produk.
Anindya menyebut bahwa Indonesia harus terus mendorong ekspor produk padat modal dan bernilai tambah tinggi, seperti alas kaki, garmen, elektronik, karet, serta produk berbasis industri manufaktur.
BACA JUGA : 380 Jamaah Haji Indonesia Tiba di Mekkah, Jemaah Diimbau Jaga Stamina Demi Kelancaran Ibadah
“Sebaliknya, AS bisa mendukung kebutuhan Indonesia akan bahan pangan berprotein tinggi seperti daging, kedelai, dan susu. Ini bisa menjadi pola dagang yang saling melengkapi, bukan bersaing,” paparnya.
Kadin Indonesia juga menilai peningkatan volume perdagangan ini akan berdampak langsung pada perekonomian domestik, salah satunya dalam bentuk penciptaan lapangan kerja baru, pertumbuhan industri pengolahan, serta penguatan sektor logistik dan infrastruktur pendukung.
Anindya berharap negosiasi antara Indonesia dan AS dapat menghasilkan skema perdagangan yang saling menguntungkan, mencakup sektor-sektor prioritas seperti energi, kesehatan, teknologi, logistik, dan industri hijau.
Ia juga menekankan pentingnya diplomasi ekonomi yang terukur dan adaptif, mengingat dinamika geopolitik global yang terus berubah.
“Kami dari Kadin tentu akan terus mendukung pemerintah dalam memperluas akses pasar luar negeri, sekaligus memperkuat industri dalam negeri agar siap bersaing di level global,” pungkasnya.