Refleksi Hari Perempuan Sedunia 2025, Jatam Singgung Transisi Energi Cuma Menindas

Minggu 09-03-2025,15:01 WIB
Reporter : Salsabila
Editor : Baharunsyah

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Dalam rangka memeringati Hari Perempuan Sedunia, Koalisi Masyarakat Sipil Setara menggelar mimbar bebas. Mereka menyuarakan dan merefleksikan isu-isu krusial yang dialami oleh perempuan di Kalimantan Timur.

Diketahui, sebanyak 50 orang dari berbagai kalangan masyarakat sipil berkumpul di Taman Samarendah pada Sabtu (8/3/2025) sore.

Mereka membawa poster dengan narasi berbeda-beda. Salah satunya bertuliskan "Transisi Energi = Sirkuit Ekstraktivisme = Sirkuit Kekerasan Terhadap Perempuan".

Mareta Sari, Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim mengatakan narasi itu senada dengan perjuangan perempuan saat ini di Kaltim.

BACA JUGA:Kawanan Curanmor di Samarinda Gasak Motor Saat Korban Tidur

BACA JUGA:Jatam Desak Gubernur Rudy Mas'ud Lakukan Reklamasi 44 Ribu Lubang Tambang di Benua Etam

Dimana mereka masih berupaya mempertahankan ruang hidupnya dari perampasan lahan, penggusuran, bahkan kesulitan untuk memanfaatkan energi yang di hasilkan oleh alam itu sendiri.

"Namanya saja yang berubah. Polanya masih sama merampas lahan menggusur masyarakat, serta menghilangkan entitas warga adat, termasuk perempuan. Apabila dulunya hanya datang, gali dan pergi sekarang ketambahan untuk mengolah dan menjual," jelas Eta sapaan akrabnya.

Bahkan, lanjutnya, atas nama transisi energi kerap kali pemerintah mengabaikan konflik yang berkaitan dengan agraria bahkan energi di Indonesia.

"Saat ini kebutuhan listrik masih berputar pada informasi yang sangat sedikit. Misalnya, yang diberitakan soal transisi energi selalu kebutuhan harus bertransisi karena kita terlalu banyak pakai batubara."

BACA JUGA:Jatam Kaltim Kritik Proses Revisi UU No 3 Th 2020 tentang Minerba

"Tapi masalah dibalik batubaranya tidak pernah diselesaikan. Ini seolah-olah kita mau disuruh switch, sementara bicara pemulihan di Kalimantan Timur ada orang mati, ada keluarga yang ditinggalkan, ada perempuan yang kesulitan mendapat air bersih itu kemudian tidak pernah dibicarakan," sambungnya.

Oleh karenannya, dalam kesempatan Hari Perempuan Sedunia, Eta bersama teman-teman Koalisi Masyarakat Sipil Setara di Samarinda menyoroti bentuk ekstraktivisme baru yang muncul merupakan transisi energi.

"Karena transisi yang dipilih adalah transisi yang palsu. Seperti transisi yang dimaksud adalah kendaraan listrik, yang keseluruhannya sebenarnya masih berputar pada industri batubara, yang salah satunya ada di Kalimantan Timur," ungkapnya saat ditemui langsung.

Menurutnya, penerapan transisi energi yang terjadi hanya menindas dan menghancurkan ruang hidup warga.

Kategori :