SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kalimantan Timur melaporkan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah riset yang dihasilkan di wilayah ini selama dua tahun terakhir.
Dari sebelumnya hanya belasan, kini telah mencapai 30 hasil penelitian.
Hal ini menjadi kabar baik karena mengindikasikan kemajuan pesat dalam bidang riset dan inovasi di Kaltim.
Kepala BRIDA Kaltim, Fitriansyah, menjelaskan bahwa fokus riset saat ini diarahkan pada isu-isu global seperti ekonomi hijau, biru, dan digital.
BACA JUGA: Akses Menuju IKN Terdampak Longsor, Satlantas Kukar Siapkan Rekayasa Lalin
BACA JUGA: AKD Pimpinan beserta Anggota DPRD Kaltim 2024-2029 Sudah Sah, Ini Nama-Nama dan Posisinya
“Dua tahun terakhir ini, kami benar-benar menyasar sains dan industri. Kami ingin melihat bagaimana riset dan inovasi bisa menjawab permasalahan di bidang pangan, energi, dan kesehatan, sekaligus mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan ekonomi hijau, biru, dan digital,” ujarnya dalam konferensi pers di Ruang Wiek, Diskominfo Kaltim, belum lama ini.
Meski jumlah dan kualitas riset terus meningkat, Fitriansyah mengakui adanya tantangan besar dalam pemanfaatan hasil penelitian.
Banyak laporan hasil riset tidak digunakan secara optimal, yang menjadi hambatan dalam menjadikan riset sebagai dasar pengambilan keputusan berbasis bukti ilmiah.
“Ke depan, kami akan berusaha menemukan cara agar hasil riset dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengambilan keputusan berbasis bukti ilmiah,” tambahnya.
BACA JUGA: Ditemukan di Paket Bea Cukai, 456 Butir Obat Terlarang Gagal Edar
BACA JUGA: Tim Gegana Brimob Polda Kaltim Temukan Pistol saat Amankan Gereja di Balikpapan
BRIDA Kaltim juga aktif berkolaborasi dengan perguruan tinggi lokal, nasional, hingga internasional, termasuk peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan berbagai industri.
Kolaborasi ini bertujuan untuk menghindari duplikasi riset serta memperkuat sinergi dengan para periset muda.
“Kami menjaring pelajar yang memiliki jiwa periset melalui program lomba yang kami selenggarakan. Tantangan bagi SDM periset di Kaltim adalah memenuhi kualifikasi pendidikan tinggi, seperti S3,” jelas Fitriansyah.