BACA JUGA : KPU Mahulu Batal Tetapkan DPT Pilkada 2024 akibat Kendala Jaringan
Selama ini, kata Zita, sebenarnya banyak kasus serupa di Mahulu.
Namun banyak yang tidak mau melapor, dan justru memilih untuk diselesaikan secara adat.
“Kami sangat berterima kasih kepada Polres Mahakam Ulu karena sudah saling berkoordinasi terkait kasus ini,” ucap Zita.
Dalam penanganan kasus ini, Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan melakukan pendampingan khusus terhadap korban.
BACA JUGA : Akhirnya, KPU Mahulu Tetapkan 27.869 DPT untuk Pilkada 2024
Namun keputusan langkah hukum selanjutnya tetap kembali ke pihak keluarga korban.
“Karena korban ini sudah dewasa ya kita kembalikan ke orang tuanya seperti apa. Ini yang perlu kita duduk bersama nanti dengan pihak terkait. Karena efek dari kasus seperti ini kan sangat besar bagi psikis korban. Apa lagi mengingat si korban ini dengan keterbelakangan mental,” tuturnya.
Pihak korban melalui kuasa hukum, Stanislaus Nyopaq menegaskan agar kasus ini akan diproses secara hukum positif, bukan hukum adat.
Menurutnya, langkah hukum positif atas kasus ini harus ditegakkan, sehingga ada efek jera terhadap pelaku atau pihak-pihak lainnya.
“Kita akan terus menempuh jalur hukum positif, sehingga ada efek jera bagi pelaku,” tegasnya.
BACA JUGA : Kodisi Jalan Rusak Parah, Pemkab Paser Kebut Pengerjaan Peningkatan Jalan Antar Desa
Sebagai informasi, terduga pelaku yang telah beristri dan memiliki 7 orang anak itu saat ini telah ditahan di Mako Polres Mahulu.
Kabar penahanan terduga pelaku juga disampaikan oleh Wakapolres Mahulu.
Terduga pelaku dijerat dengan Pasal 285 KUHP tentang Pemerkosaan.
Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa, barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, maka akan dipidana penjara paling lama 12 tahun.