Dimana hal tersebut dapat mempengaruhi mata pencaharian masyarakat pesisir Kecamatan Muara Badak.
“Itu berkurang dari 3-5 meter, tentu sangat mempengaruhi mata pencaharian masyarakat setempat. Dahulu saat garis pantai cukup jauh, mereka bisa mengambil kerang-kerangan tidak perlu harus jauh dari rumah mereka,” ucapnya.
“Pengaruh abrasi saat air naik masuk ke pemukiman dan perkebunan kelapa, akibatnya banyak kelapa yang mati. Kemudian masyarakat juga kehilangan budidaya, karena tertutup air saat terjadi pasang. Itu salah satu mengancam mata pencaharian,” sambungnya.
Maka dari itu, baginya mangrove juga bermanfaat untuk menjaga pantai. Agar air tidak naik dan menggenangi perkebunan pohon kelapa.
Ia pun mengakui, mangrove rusak bukan hanya dari abrasi, tetapi juga karena pencemaran yang berasal dari sampah rumah tangga, termasuk sampah plastik yang dibuang ke laut akan mengganggu pertumbuhan mangrove.
BACA JUGA : Delegasi Korsel di EBIFF 2024 Kaget Dipanggil 'Shin Tae-yong' oleh Warga Samarinda
Pada kegiatan tersebut, juga dilakukan penandatanganan komitmen menjaga pesisir dan penanaman pohon mangrove oleh para peserta.
“Kita harapkan komitmen itu tidak hanya sekadar ditulis, tapi juga membangun kesadaran melindungi dan melestarikan ekosistem mangrove yang ada di pesisir,” harapnya.
Diketahui, gerakan pesisir hijau tersebut juga dilakukan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) di Kecamatan Anggana tepatnya di Sepatin, Muara Pantuan, dan Desa Tani Baru.