Adji Sofyan Effendi saat memaparkan hasil penelitiannya pada Forum Diskusi Hulu Migas.
Balikpapan, DiswayKaltim.com – Ekonom dari Universitas Mulawarman (Unmul) Adji Sofyan Effendi mengatakan, terjadi ketimpangan antara Kaltim sebagai daerah yang ditopang dengan SDA pertambangan dan migas, serta fakta bahwa masih ada warga daerah penghasil yang kurang sejahtera. Dengan infrastruktur daerah seadanya.
Hal itu disampaikan Aji Sofyan pada acara Forum Diskusi Hulu Migas yang digelar SKK Migas Pusat di Grand Jatra Hotel Balikpapan, Kamis (11/7/2019). Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa mencari jalan keluar ketimpangan kesejahteraan daerah penghasil sumber daya alam (SDA).
Misalnya melalui dana bagi hasil (DBH) bagi desa penghasil, sehingga dana perimbangan tidak mengendap di kas pemerintah daerah, tapi langsung hingga ke desa-desa yang berada dekat dengan lokasi migas.
Seperti contoh di Bojonegoro, Jawa Timur, DBH langsung dibagi hingga desa. Payung hukumnya dengan menerbitkan peraturan daerah.
“Rata-rata kan lapangan migas di desa ya. Seharusnya mereka juga mendapat manfaat langsung,” sebutnya.
Namun fakta ini bertolak belakang. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman itu menyebut 82 persen daerah penghasil SDA sangat tertinggal.
“Ini ironis sekali. 82 persen desa di Kaltim sangat tertinggal,” katanya.
Data ini didapat berdasarkan hasil riset yang dilakukannya sepanjang 2007 hingga 2017 lalu. Fakta ketimpangan daerah penghasil SDA menurut Adji terletak pada derajat penghisapan ekonomi (DPE) yang sangat tinggi.
Jika dibandingkan dengan daerah non-SDA, seperti di Pulau Jawa, justru DPE yang rendah menciptakan indeks kesejahteraan rakyat yang sama bahkan cenderung baik. (eny/dah)
Baca Juga: Bayangkan!!Ekonomi Kaltim Riskan Jika Hanya Ditopang Migas dan Tambang Kepala SKK Migas Kalsul Beber Manfaat Hadirnya Industri Hulu Migas bagi Daerah