Sepak bola masih olahraga populer di Indonesia. Menelisik kebelakang sebelum pandemi COVID-19 mewabah, tak pernah sepi penonton setiap pertandingan. Mulai turnamen kelompok usia, antar kampung (tarkam) atau level amatiran hingga kompetisi liga profesional, mampu membius dan menarik animo masyarakat. Apalagi saat tim kebanggaan berlaga.
Paser, nomorsatukaltim.com- Begitupun di Kabupaten Paser olahraga ini sangat favorit. Bahkan wilayah selatan Kaltim ini memiliki tim profesional dan sempat berlaga di liga nasional. Yakni Persipas Paser. Meski sekarang keberadaannya tak diketahui, dibubarkan atau hanya sekadar tertidur.
Dari berbagai sumber terpercaya, terakhir kali Persipas berlaga di liga nasional musim 2013. Saat itu bertarung dikerasnya kompetisi Divisi Utama (sekarang, Liga 2) grup 3 wilayah Jawa Timur. Baru menjajal tiga pertandingan putaran pertama, tim yang diarsiteki pelatih kepala Amir Yusuf Pohan menyatakan mundur dari kompetisi. Manajemen lempar handuk.
Saat itu manajemen yang menaungi tim berjuluk Lebah Madu, mengirimkan surat ke PT Liga Indonesia sebagai pengelola Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama. Menyatakan Persipas mundur dari Liga 2. Adanya kabar itu sontak membuat kaget pemain dan ofisial Persipas.
“Kami sangat kaget mendengar kabar dari pengurus, setop dulu di liga. Karena masalah finansial,” ungkap eks Kapten Persipas, Darmansyah, kepada Disway Kaltim belum lama ini.
Dikatakannya, saat itu baru tiga pertandingan yang dilalui. Melawan Deltras Sidoarjo, Persid Jember dan Persekam Metro FC. Sementara laga lanjutan mempertemukan Persipas vs Persebaya tidak jadi dimainkan, karena telah dinyatakan mundur. Diketahui Divisi Utama Grup 3 terdapat sembilan tim. Selain lima nama tim di atas, juga ada Perseba Bangkalan, Perseta Tulung Agung, PSBK Blitar dan Persebo Bondowoso.
“Saat itu Persebaya sebagai tim tamu sudah datang, cuma pertandingan batal dimainkan, gara-gara finansial,” jelasnya.
Gagal melanjutkan kompetisi karena finansial, pemain pun menanyakan masalah kontrak dan gaji. Bahkan jadi persoalan sangat serius, karena jika Persipas ingin tetap eksis dan bertanding dikerasnya liga Indonesia, harus menyelesaikan tunggakan kepada pemain.
“Bisa dibilang Persipas ini masih ada. Cuma kalau mau bangkit kembali harus menyelesaikan finansial dengan pemain. Karena itu harus selesai. Apalagi sekarang ada APPI (Asosiasi Pemain Profesional Indonesia) kami bisa menuntut apabila tim ini tetap berkompetisi,” terangnya.
Persipas mundur, pemain dan ofisial hanya bisa pasrah dipulangkan. Semua dibuat bingung. “Ya saat itu pusing (bingung) saja sudah. Pemain mengganggur, apalagi saat huru-hara ada dualisme (kompetisi liga), makanya main tarkam saja,” urainya.
Menengok beberapa tahun lalu, sepak bola Indonesia pernah berada di titik nadir teramat kelam. Terjadi perebutan kekuasaan di tubuh PSSI. Berbuntut dualisme kompetisi liga Indonesia. Yakni, Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (LPI). Noda hitam dualisme kompetisi itu 2010 – 2012. Puncaknya, April 2015 lalu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) membekukan PSSI.
Akibat pembekuan itu, PSSI tidak bisa menggelar kompetisi resmi. Konflik PSSI dengan Kemenpora ini sampai ke FIFA. Induk organisasi sepak bola internasional itu juga membekukan PSSI, tepat 30 Mei 2015. Semua setop, tim sepak bola dibubarkan, tak ada liga resmi.
Kini sepak bola nasional telah membaik, kompetisi sudah hidup lagi. Tapi tak bagi Persipas Paser. Karena saat ini tak pernah terdengar lagi namanya di kancah nasional. Darmansyah berharap Persipas dapat kembali eksis. Apalagi mencapai Divisi Utama tidak mudah, Persipas melaluinya dari divisi terendah. Yakni divisi tiga, dua, dan satu.
“Bisa dibilang Persipas ini masih ada. Cuma kalau mau bangkit harus musyawarah dulu dengan (mantan) pemain karena ada utang-piutang,” ujarnya yang kini disibukkan melatih sepak bola lokal di Kabupaten Paser.
Pria identik nomor punggung 16 dan berposisi gelandang bertahan semasa aktif bermain, sangat mengharapkan Persipas kembali memeriahkan sepak bola nasional. Tapi, tak menolak jika ada klub dari luar daerah atau tim sepak bola profesional baru yang diakuisi. Seperti Borneo FC yang mengakusisi Perseba Bangkalan pada 2014 lalu.
Beberapa pesepakbola beken dalam skuad Persipas Divisi Utama 2013, di antaranya Zainal Abidin, Masdar Aspiran, Aco Rusdiansyah, Junaidi Tagor, Ilham Hasan, dan Yogi Alfian. "Siapapun yang mau bangkitkan Persipas kami dukung penuh. Kalau ganti tim dari luar, ya daerah kita juga terangkat. Terpenting ada nama Paser,” ujarnya.
Data pasti tahun kemunculan Persipas sangat abu-abu. Diyakini klub ini telah eksis tahun 80-an. Diutarakan mantan pemainnya pada era itu, Katsul Wijaya, Persipas masih klub amatiran, kiprahnya pun hanya regional Kaltim. "Posisi saya saat itu di mana saja, tergantung kemauan pelatih. Cuma paling sering di striker,” kenang Katsul.
Mengenai nasib Persipas ia berharap kembali eksis. Karena sarat akan nilai sejarah, bagaimana perjuangan memulai dari kasta bawah hingga divisi utama. Tentunya bukan perjuangan yang mudah. Dirinya mengharapkan ada yang bersedia mendanai dan membangkitkan kembali tim kebanggaan masyarakat Paser.
"Status klub ini profesional. Kami harapkan Persipas kalau bisa tetap eksis,” pungkas Katsul.
Masalah finansial kerap dialami klub, gaji molor hingga tak terbayarkan masih jadi momok bagi pemain. Apalagi, sejak 2011 lalu, klub profesional tidak lagi disuplai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk tetap hidup, klub harus mampu memikat investor dan menggaet sponsor. (asa/fdl)