Samarinda, nomorsatukaltim.com - DPRD Samarinda mendukung kebijakan pemkot yang akan membangun dua infrastruktur pengendali banjir di kawasan utara Kota Tepian. Namun begitu, sebuah catatan diberikan pada Pemkot Samarinda. Agar dua bangunan itu, jangan hanya dibuat. Namun harus dirawat saban tahunnya.
Anggota DPRD Kota Samarinda M Novan Syahronny Pasie menyambut baik rencana pemkot yang akan membangun Bendungan Pengendali (Bendali) di Kelurahan Pampang, Samarinda Utara. Dan pembangunan tanggul di wilayah Bengkuring.
Di tengah kondisi di mana titik banjir di Samarinda mencakup 8 dari 10 kecamatan. Pemkot dinilai harus tetap berpikir jernih dalam proses penanganannya. Dan agenda Bendali Pampang serta tanggul di Bengkuring yang diniatkan untuk mengurai beban Waduk Benanga. Dinilai Novan adalah langkah bagus.
“Kalau untuk penanggulangan jangka panjang, memang harus diperbaiki dari hulu. Namun kalau jangka menengah dan pendek, memang harus menormalisasi beberapa titik yang ada di kota,” katanya melalui saluran telepon, Minggu 3 Oktober petang.
Namun begitu, Sekretaris Komisi III tersebut memberi satu catatan. Bahwa fungsi bendali dan tanggul tersebut harus maksimal. Dengan durasi tampung akurat yang lama pula. Karena itu, sangat diperlukan rencana perawatan berkala.
“Karena Waduk Benanga itu, dari area tampung 1 juta sekian kubik, tinggal 400 ribu sekian kubik. Bahkan semakin menyusut tiap tahun.”
“Nah itu kalau tidak dilakukan normalisasi, ya, akan percuma juga. Gitu, lho. Kita tuh kan membangun dengan anggaran yang besar. Jadi otomatis, pemeliharaannya pun harus dianggarkan,” jelasnya.
Soal perawatan ini, disampaikan Novan bahwa tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemkot Samarinda. Pengamanan tubuh bendung misalnya, merupakan wewenang pusat. Sementara pengambilan sedimen sebagian masuk area kewenangan provinsi sebagian lagi pemkot.
“Penekanannya pada pemeliharaan. Sedimentasinya harus setiap tahun diangkat, biar volume tampungnya sesuai kebutuhan. Sampai ke tingkat hilir harus selalu dipelihara,” tegasnya lagi.
Selain itu, kata Novan, bendali itu harus menggunakan sistem buka tutup. Agar debit air bisa diatur, ketika sedang berlimpah ataupun sebaliknya. Ini sekaligus bisa membuat Sungai Karang Mumus berfungsi dengan baik. Pasalnya seperti diketahui, problem air di Karang Mumus sejauh ini adalah. Jika air berlimpah bikin banjir, jika tak ada hujan kualitas air sangat buruk. Berwarna pekat dan berbau.
Hal ini menjadi penekanan lainnya lantaran Waduk Benanga, selain daya tampungnya terus menurun. Juga tidak menggunakan sistem buka tutup air. Hanya sekadar menampung air dari hulu semata.
Lebih lanjut, Novan bilang bahwa pengentasan masalah banjir itu tak hanya berkutat pada penanggulangan saja. Ada sistem mitigasi yang juga berperan. Semisal, Pemkot Samarinda diminta menjaga area resapan air. Melalui kebijakan yang dibuat berdasarkan penelitian lingkungan terlebih dahulu.
“Penanggulangan banjir dari pemkot saat ini sudah lebih baik. Perhatian kita juga ke kebijakan pembukaan lahan. Terutama lahan perumahan. Karena itu salah satu penyumbang banjir juga. Daerah resapan semakin berkurang,” pungkasnya. FRD/AVA