Memutus Lingkaran Setan Bisnis Padi

Rabu 25-08-2021,19:38 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Untuk memutus ketergantungan terhadap tengkulak. Aji mengatakan bahwa solusinya hanya menghidupkan BUMDes. Lembaga terkait harus bisa menjadi mediator di dalam proses beli membeli padi. Untuk menghubungkan tengkulak dengan petani.

“Kehadiran BUMDes bisa melakukan infiltrasi melalui subsidi. BUMDes bisa menyiapkan pestisida, bibit, dan pupuk dengan harga yang sangat amat murah.”

“Masalahnya, banyak BUMDes yang belum berfungsi. Celaka dua belasnya, banyak BUMDes yang berperilaku seperti tengkulak,” paparnya.

Belum berperannya cukup banyak BUMDes di PPU, disebut Aji telah dicari akar masalahnya. Yakni terkendala pada pendanaan. Karenanya, tim staf ahli Pemkab PPU telah mengusulkan adanya bantuan keuangan (Bankeu) untuk perkuatan modal BUMDes pada tahun 2022.

“Sehingga BUMDes bisa menggelar kerja sama dengan petani. Ini kami kunci nanti di Peraturan Bupati PPU. Insyaallah tahun 2022 rencananya,” jelasnya.

Peran Pemkab PPU nantinya tak akan berhenti sampai di situ saja. Seperti disebutkan Sunoto bahwa BUMDes pun kesulitan dalam melakukan penjualan hasil panen. Sehingga ogah bermain di area pertanian padi. Menjawab tantangan ini, Aji Sofyan menyebut Perusda Benua Taka akan memegang peranan strategis.

Ke depan, akan terjadi kolaborasi segi tiga. Dari petani, BUMDes, dan Perusda Benua Taka. Lembaga terakhir diketahui akan membangun Rice Milling Unit  (RMU) di Babulu yang baru saja di-ground breaking oleh Bupati AGM. Jadi dalam prosesnya, petani menjual padi ke BUMDes, lalu dibeli kembali oleh Benua Taka dengan harga di atas harga tengkulak. Atau bahkan di atas harga Bulog.

Lalu, dengan RMU yang dimiliki, beras-beras dari petani lokal tesebut akan dihilirisasi menjadi produk yang wah. Dengan kemasan dan pengetatan mutu. Yang sudah barang tentu, akan menambah harga jual. Pun bisa bersaing dengan beras dari berbagai penjuru nusantara.

“Benua Taka ini, Mas. Nantinya tidak hanya akan memenuhi kebutuhan beras di PPU, Balikpapan, Samarinda, dan sekitarnya. Target kami adalah ekspor,” ujar Aji Sofyan.

Lebih lanjut, kolaborasi segi tiga ini akan memecah kebuntuan yang kerap terjadi. BUMDes yang selama ini tak tergerak karena kesulitan memasarkan. Nantinya tak perlu melakukan itu. Mereka hanya perlu menjadi mediator antara petani dan Perusda.

Sebaliknya, BUMDes akan memainkan peran lainnya. Yakni menyediakan bibit, pestisida, pupuk dan keperluan petani lainnya dengan harga murah namun berkualitas tinggi. Serta melakukan pembinaan pada petani dengan menggandeng tenaga ahli/penyuluh pertanian handal.

Sehingga petani tak hanya dijamin keterjualan hasil panennya dengan harga layak. Tapi juga mendapat solusi lainnya untuk mengatasi masalah berulang seperti penanganan hama dan penyakit tanaman.

“Cakep sudah kalau itu terbangun. Semua jadi terfungsi,” kata Aji.

Aji berharap rencana ini bisa terealisasi tahun depan. Dengan sistem dan SDM yang siap. Karena apabila pola bisnis ini terbentuk. Tengkulak tak akan lagi punya celah. Bahkan soal serbuan beras dari luar daerah, petani di Kaltim terutama PPU tak perlu risau lagi.

“Kalau semuanya siap, ngapain takut sama serbuan beras dari luar. Kalau kita punya produk bagus dengan harga bersaing. Pasar akan berpihak dengan sendirinya,” pungkas Aji Sofyan. AVA

Tags :
Kategori :

Terkait